ruang lingkup filsafat ilmu

BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian tentang filsafat sedikit banyak sudah kita ketahui meskipun belum memadai, tetapi bila dikorelasikan dengan ilmu (science) tentu terdapat pengertian yang agak lain, sebab ilmu kalau diidentifikasikan sebagai pengetahuan yang berkehendak secara sadar untuk menuntun menuju suatu kebenaran yang bermetode, bersistem dan berlaku secara universal.
Selanjutnya muncullah suatu pertanyaan apakan filsafat itu juga merupakan ilmu atau bukan? Dengan melihat devinisi tersebut apakah kita melihat bahwa filsafat berasal dari kehendak sadar manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu tentang sesuatu dan bahkan segala sesuatu yang sama-sama ingin memperoleh kebenaran. Mungkin jawabannya dalam konteks ini ialah filsafat juga bisa memperoleh sifat ilmiah maka ia juga dikatakan ilmu, sebab dengan sadar menurut kebenaran, bermetode, bersifat dan hasil-hasil sifat universal.
dijelaskan dalam al-Quran surat al-Baqarah:
Artinya: Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya.(QS Al-Baqarah; 242).

Tetapi ada hal yang medasar yang memberikan perbedaan antara filasafat dan ilmu, yaitu dari sisi sudut pandang pembahasan. Dilihat dari pengertiannya bahwa ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka produser dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai, kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, petunjuk ataupun untuk melakukan penerapan . Dalam Al-Qurahn dijelaskan:

Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan. (QS. Yunus; 43.
Ilmu melihat objek cukup dalam tetapi tidak sedalam filsafat yang radikal, filsafat membahas objek sedalam-dalamnya. Contoh: apabila ilmu bertanya tentang bagaimana dan apa sebabnya? Maka filsafat lebih dari itu, ia bertanya apa itu sesungguhnya (esensinya)? Dari mana awalnya? Dan kemana akhirnya? Jika ilmu dalam membahas objek kajian hanya berdasarkan pengalaman, maka filsafat mempertanyakan pengalaman itu sendiri, oleh karena itu dalam filsafat terdapat epistimology, yaitu filsafat pengetahuan yang membicarakan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dari pengalaman tersebut. Berangkat dari sudut pandang yang berbeda itulah, munculnya penggabungan kedua istilah menjadi Filsafat Ilmu, yang bermaksud mempertanyakan ilmu itu sendiri yang tentunya mempunyai kajian yang mendalam.
Filasat ilmu adalah bagian dari epistimology yang secara sesifik mengkaji hakikat ilmu. Filsafat ilmu merupakan penelaahan secara filsafati terhadap beberapa pertanyaan mendasar akan hakikat ilmu itu sendiri . Banyak para filosof mengemukakan pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu, dari pendapat-pendapat tersebut tentu saja pada akhirnya memiliki keterikatan sehingga menjadikan persoalan semakin mudah untuk memahaminya.

Artinya: Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya. (QS Al-Baqarah: 242).

BAB II
PEMBAHASAN

1. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Hingga saat ini filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Beberapa filusuf memberikan pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu. Diantara filusuf-filusuf tersebut adalah:
a. Pater Anggeles
Sebagaimana dikutip Liang Gie, dalam bukunya Dictionary of Philosohy, Pater Anggeles membagi empat konsentrasi utama dalam filsafat ilmu :
1. Telaah mengenai beberaa konsep, pra anggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan dan penyusunannya untuk mendaatkan pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangannya.
3. Telaah mengenai saling keterkaitan antara berbagai macam ilmu.
4. Telaah mengenai berbagai akibat pengtahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar manusia.
b. Cornelius Benjamin
Dalam pandangannya, pokok-pokok asal filsafat ilmu dibagi dalam tiga bidang, meliputi:
1. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari system berlambang ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang tanda.
2. Penjelasan mengenai konsep dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional dan ragmatis yang menjadi tempat tumpuannya.
3. Aneka telaah mengenai saling keterkaitan diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti idealisme, materialime, monisme dan pluralisme.
c. Arthur Danto
Dalam uraiannya dapat disimpulakan bahwa lingkupan filsafat ilmu mencakup:
1. Persoalan-persoalan konsep yang memiliki kaitan erat dengan ilmu itu sendiri sehingga pemecahannya dapat seketika dipandang sebagai sumbangan kepada ilmu dari pada kepada filsafat.
2. Persoalan-persoalan umum dengan pertalian umum yang filsafati sehingga pemecahannya merupakan suatu sumbangan kepada metafisika atau epistimologi seperti kepada filsafat ilmu yang sesungguhnya.
d. Israel Scheffier
Filsafat ilmu yang mencari pengetahuan umu tentang ilmu atau dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu, cakupannya ada tiga bidang, yaitu:
1. Peran ilmu dalam masyarakat, yang menelaah hubungan-hubungan antara faktor-faktor kemasyarakatan dan ide-ide ilmiah.
2. Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu, berusaha melukiskan asal mula dan struktur alam semesta menurut teori-teori yang terbaik dan penemuan-penemuan dalam kosmologi.
3. Landasan-landasan ilmu, menyelidiki metode umum, bentuk logis, cara penyimpulan, dan konsep dasar ilmu-ilmu.
e. Ensiklopedia Britanica, merangkum tentang cakupan filsafat ilmu sebagai berikut:
1. Sifat dasar dan lingkup filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang ilmu lain, aneka ragam soal dan metode-metode hampiran terhadap filsafat ilmu.
2. Berdasarkan sisi histories.
3. Unsur-unsur sisi ilmiah.
4. Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah, meliputi penemuan ilmiah, pembuktian keabsahan dan embenaran dari konsep dan teori baru, dan penyatuan teori-teori dan konsep-konsep ilmu yang terpisah.
5. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah, yang terdiri dari: kedudukan proporsi ilmiah dan konsep entitas, hubungan antara analisis filsafati dan praktek ilmiah.
6. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman dan soal manusia.
f. Noeng Muhadjir, dalam bukunya Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernimisme. Mengemukakan bahwa obyek studi filsafat minimal terdiri atas dua hal yang substansif, meliputi kenyataan dan kebenaran dan dua hal yang instrumentatif, meliputi konfirmasi dan logika inferensi.
Dengan memperhatikan perkembangan filsafat ilmu dewasa ini, John Loosee, seorang fisuf pengamat sejarah menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat dikelompokkan menjadi empat konsepsi:
1. Filsafat ilmu yang berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.
2. Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan pra-anggapan dan kecenderungan ilmuan.
3. Filsafat ilmu sebagai cabang pengetahuan yang menganalisis konsep dan teori dari ilmu.
4. Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis yang menelaah ilmu sebagai sasarannya.

2. Peran Filsafat Ilmu
Menurut Harold H. Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan menilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreatifitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr. Oemar A. Husein, mengatakan ilmu memberi kepada kita pengetahuan dan filsafat memberikan hikmah, filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenarannya.

Artinya: Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!". (QS Al-Baqarah:31)

Sutan Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya Pembimbing ke Filsafat Metafisika, filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran-pikiran dan kemampuan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemudian, malahan kebangsawanan filsafat diantara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, itulah tujuan tertinggi dan satu-satunya, bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam ataupun kebenaran.
Radhakrisnan dalam bukunya, History of philosophi menyebutkan: peran/tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan nation, ras dan keyakinan keagamaan, mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada arti sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya.
Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual filsafat dapat mendukung kepercayaan tersebut tidak bergantung kepada konsepsi, yang pra-ilmiah, yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Oerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar menjadi manusia yang baik berguna dan bangsa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berfikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian). Sekarang terdapat pernyataan: Apa peran filsafat ilmu setelah dipelajari? Atau dengan lain: Apa manfaatnya kita mempelajari filsafat ilmu?.

Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu, apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti. {42}Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan.{43} (QS.Yunus:42,43)
Peran filsafat ilmu ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam peran yaitu:
1) Agar terlatih berfikir serius.
2) Agar mampu memahami filsafat.
3) Agar mungkin menjadi filsafat.
4) Agar menjadi warga negara yang baik.
Berfilsafat pemikiran serius menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran serius. Kemampuan berfikir serius diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang penting yang memegang posisi penting dalam membangun dunia. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filsuf.
Mengetahui isi filsafat tidak perlu bagi setiap orang. Akan tetapi orang-orang akan berpartisipasi didalam membangun dunia perlu mengetahui ajaran-ajaran filsafat. Mengapa? Karena dunia dibentuk oleh dua kekuatan agama dan filsafat. Jika kita tahu filsafatnya, kita jadi tahu tentang manusianya filsafat itu sendiri adalah bagian penting atau inti kebudayaan.

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (QS: Al-Baqarah:103).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan secara konkrit peranan filsafat ialah :
a. Filsafat ilmu menolong, mendidik, membangun diri kita sendiri dengan berfikir lebih mendalam kita menyagari dan menyelami kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita berfikir, untuk hidup dengan sesadar-sadarnya dan memberikan ini kepada hidup kita sendiri.
b. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara canggal saja tidak mudah persoalan-persoalan apalagi melihat pemecahannya. Dalam filsafat ilmu kita dilatih melihat dulu pasti yang menjadi persoalan dan ini merupakan syarat untuk memecahkannya.
c. Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas membanding akuisme dan aku-sentrisme (egosantisme).
d. Filsafat ilmu berperan melatih untuk berfikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-ikutan saja, membutuhkan pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat lebar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri dengan cita-cita dan mencari kebenaran.
e. Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu mendidik dan sebagainya.

3. Problem-Problem Filsafat Ilmu
Problem menurut definisi A Cornelius Bejamin ialah “sutu-situasi praktis atau teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang memadai dan yang oleh sebab itu memerlukan proses-proses refleksi”.
Banyak sekali pendapat para filsafat ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-pendapat sebagai berikut.
1. Dari Michel Berry
Filsafat penulis ini mengemukakan dua problem yaitu:
a. Bagaimana kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah (misal: ciri genetic atau momentum dalam mekanika Newton) berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dunia alamiah diluar pikiran kita?
b. Bagaimana dapat dikatakan bahwa teori atau dalil imliah adalah benar berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan yang terbatas?
2. Dari B. Van Mrasen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli problem-problem utama dalam filsafat ilmu adalah:
a. Metodologi
Yang membicarakan tentang sifat dasar dari penjelasan ilmiah (scientific explanation), logika penemuan (logic discovery), teori probabilita (probability theory), dan teori pengukuran (theory of measurement).
b. Landasan Ilmu-ilmu
Dengan melakukan suatu penelitian untuk mencapai suatu tujuan misalnya menggunakan landasan matematik.
c. Ontologi
Permasalahan utama yang diperbandingkan adalah konsep-konsep subtansi, proses, waktu, ruang kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas-entitas teoritis.
3. Dari Victor Lenzen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a. Struktu ilmu yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah
b. Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.
4. Dari JJC Smart
Filsuf ini mengemukakan dua persoalan yaitu:
a. Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan cara-cara merumuskan konsep ilmiah.
b. Perbincangan filsafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia dan alam semesta.
5. Dari Philip Wiener
Menurut beliau para filsuf ilmu dewasa ini membahas problema-problema yang menyangkut:
a. Struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu
b. Saling hubungan diantara ilmu
c. Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahap-tahap lainnyadari peradaban, yaitu: kesusilaan, politik, seni dan agama.
Rincian aneka ragam dari jenis problem-problem dalam lingkungan filsafat ilmu dari para filsuf tampak masih agak simpang siur. Segenap problem ini perlu kiranya dipilah-pilahkan dan disusun menjadi suatu kebulatan yang lebih sistematis.
Problem-problem filsafat semuanya dapat digolongkan menjadi enam, yaitu: pengetahuan, keberadaban, metode, penyimpulan, moralitas dan keindahan. Berdasarkan enam sasaran itu, bidang filsafat dapat secara sistematis dibagi menjadi enam cabang kelompok, yaitu epistemology (teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), metodologi (studi tentang metode), logika (teori tentang penyimpulan), etika (ajaran moralitas), dan estetika (teori keindahan). Dari sinilah lahir berbagai ilmu yang bermanfaat bagi kemaslahatan manusia.

BAB III
PENUTUP

Akhirnya untuk memberikan gambaran singkat yang menyeluruh mengenai ruang lingkup, peran dan problem-problem filsafat ilmu, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
1) Ruang lingkup filsafat ilmu adalah:
  • Sifat dasar dan lingkupan filsafat ilmu dan hubungannya cabang-cabang ilmu lain.
  • Perkembangan histories dari filsafat ilmu.
  • Unsur-unsur usaha ilmiah.
  • Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah.
  • Kedudukan filsafati dari teori ilmiah.
  • Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman-pengalaman soal manusia.
  • Hubungan antara ilmu dengan pengetahuan humaniora.
2) Peran filsafat ilmu
  • Menolong mendidik, membangun diri kita sendiri.
  • Memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari.
  • Memberikan pandangan yang luas.
  • Melatih kita untuk berfikir mandiri hingga tidak bertaklid buta
  • Memberikan dasar-dasar,baik untuk hidup kita sendiri maupun untuk ilmu pengetahuan dan lainnya.
3) Problem-problem filsafat ilmu secara general sebagai berikut:
  • Epistemology tentang ilmu.
  • Metafisis tentang ilmu.
  • Metodology tentang ilmu.
  • Logis tentang ilmu.
  • Etis tentang ilmu.


Daftar Pustaka

Bejamin A. Coenelius, “Problem”, dalam Dictonary of Philosophi. Dagobert D: ed. 19975 Edition.
Fraanseen B. Van, H Margenau “Philoshopy of Science” dalam Raymond Klibansky, ed Contemporary Philoshopy A Survey.
Jujun S, Surisumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka sinar Harapan, Jakarta, 1996.
Liang, Gie The, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberti, Jogjakarta 2000.
Mudzakir, Syadali, Filsafat Umum (Bandung CV Pustaka Setia, 1997), Cet I.
Muhadjir, Noeng, Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernimisme, Edisi II, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2001.
Smart JJ, Between Science and Philoshopy An Introduction to the Philoshopy of Science, 1968.
Wiener, Philip, Philoshopy of Science, Introduction dalam Daniel J Brontein, Basic of Philoshopy Selected Reading with Introduction, 1975.

0 komentar