PROFILE PENGELOLA rumahlaili.blogspot.com


Namaku Laili Sa’adah, nama yang indah, tapi orang – orang memanggilku Iil, jauh dari nama lengkapku tadi. Ceritanya panjang, begini, pada sore hari tepatnya tanggal 08 Mei 1984 ibuku yang biasa kupanggil mak dan Umi marasakan sakit pada kandungannya, rupanya aku sudah ingin merasakan sinar matahari dan menghirup udara bumi. Sama suaminya yaitu bapakku di bawa ke Rumah Sakit Umum Jombang karna kondisi ibuku yang menghawatirkan. Padahal biasanya kalau ada orang yang mau melahirkan masih dukun bayi yang nangani, tapi untukku special.

Menurut cerita yang kudapat mereka berdua naik becak yang pas memanggilnya sulitnya minta ampun, tapi alhamdilillah ibuku masih bisa bertahan dengan sakit yang luar biasa itu. Sampai dirumah sakit tepat adzan maghrib, “jangan lahir dulu ya nak, nunggu bapakmu sholat dulu” kata bapakku sambil ngelus –ngelus perut ibuku. Ibuku langsung dibawa kekamar bersalin oleh beberapa suster penjaga dan bapak menunaikan tugasnya.

Dirumah, kakak perempuanku nomer empat yang biasa di panggil Riha menjahit baju untukku dari kain seadanya, malah ada yang bilang dari jarik ibuku yang ditinggal dirumah, karena waktu itu memang belum ada persiapan untukku, soalnya kandungan ibuku masih berumur 7 bulan. Satu jarik jadi 5 baju bayi dan beberapa popok anak, setelah itu langsung meluncur ke RS juga.

Kembali ke Rumah Sakit, disana, ibuku sudah mengerang kesakitan, oleh dokter diputuskan untuk dioperasi. Huh….. betapa bingungnya bapakku, dari mana dapat uang untuk biaya operasi, mau hutang, hutang kesiapa? Mau ngejua, jual barang yang mana? Perekonomian keluarga waktu itu memang lagi seret – seretnya, bapak mondar – mandir di lorong rumah sakit cari cara untuk mendapatkan uang sebanyak yang disebutkan oleh dokter. Dengan wajah bingung dan putus asa bapak mendekati ibuku dan ngelus – ngelus lagi perut ibuku, “ wes ndang cepet lahir yo nak “. Dan……. Subhaanallah ibuku kembali mengerang kesakitan dan segera dibawa kekamar bersalin.

Tepat pukul 19.00 WIB aku lahir dengan berat 2,25 kg, sangat kecil, tidak memenuhi standart bayi lahir sehat. Oleh dokter lagi, aku diletakkan di incubator, adalah tempat tidur untuk bayi tapi dilengkapi dengan pemanas dan pencahayaan yang extra, tujuannya agar sibayi lebih cepat pertumbuhannya dan ketahanan tubuhnya meningkat. Tapi, kata kakakku yang bernama Riha tadi tempat itu lebih tepat disebut oven, bentuknya sama, gunanya juga sama. Masih kata kakakku tadi aku ditaruh situ karena kondisiku yang belum bisa bernafas normal itu disebabkan organ tubuhku yang tidak sehat.

Kemudian nggak disengaja si Riha tadi ingat sama teman perempuannya yang cantik dan pintar namanya IIL, akhirnya dia ikut – ikut panggil aku iil, dengan harapan aku bisa seperti temannya itu, he he he he (amin). Tapi bapakku lain lagi, baginya kelahiranku adalah anugerah yang luar biasa baginya. Karena dari 10 anaknya akulah yang paling repot kelahirannya, jadi beliau menamakanku Laili Sa’adah, yang artinya malam yang penuh dengan kebahagiaan, kebahagiaan baginya, ibuku, bagiku dan bagi kakak – kakakku yang lain.

Iil kecil suka sekali tampil didepan umum, baik bernyanyi ataupun puisi. Aku masih ingat saat itu aku belum sekolah, TK pun aku belum tapi aku sudah nangis minta tampil dipanggung saat ada pentas 17 Agustus diDesaku, oleh kakakku yang Riha tadi aku didaftarin dadakan malam itu juga biar bisa naik panggung. Tanpa grogi dan rasa takut aku bernyanyi lagunya Dina Mariana yang berjudul Cinta, wah…..sorakan orang – orang semakin membuatku semangat untuk bernyanyi sampai akhirnya…..bluk! aku terjatuh dipanggung, orang – orang semakin riuh menertawakanku. Tapi, aku nggak nangis aku cuma senyum-senyum nyengir aja dan melanjutkan nyanyianku dengan baik sampai musik selesai.

Belum genap 4th aku sudah masuk TK, masuk di MI Roudlotul Atfalpun umurku dibawah teman-temanku, dan selama aku sekolah sering kali aku dapat juara dan penghargaan, baik dari sekolahan atapun dari lomba-lomba yang kuikuti. Oh ya, selama di MI aku tidak pernah dapat rangking di bawah 2, selalu jadi yang pertama, habat bukan?!he he he.

Lulus MI aku melanjutkan dipondok pesantren Al-Anwar Al-Khodijiyah, eit! Tidak hanya mondok, sekolah juga! 6th aku disana, tapi aku sekolah di MTs dan MA standart dengan SMP to SMA lah. Disanalah aku mulai punya rasa malu, karna mulai mendalami ilmu agama dan ilmu-ilmu lain yang menambah tebal rasa imanku pada Allah. Tapi jangan dikira kalau punya rasa malu prestasi dan lomba-lomba tidak aku ikuti lagi, aku masih ikut festifal-festifal puisi yang diadakan oleh peantren, malah aku sering ditunjuk guruku mewakili sekolahan. Seneng rasanya jadi orang pilihan.

Tahun 2002 aku melanjutkan pendidikan strata 1 ku di IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan program studi Psikologi, aku pilih Psikologi karna awalnya aku ingin menolong anak-anak yang memiliki kekurangan mental, dan ingin mempunyai Lembaga yang menangani anak-anak yang seperti itu. Awalnya keinginanku ini ditentang oleh kedua orang tuaku, tapi dengan tlaten aku jelaskan pada mereka apa itu Psikologi dan ruang lingkupnya, dan mareka akhirnya faham dan merestui keputusanku. Ditempat ini juga aku menemukan banyak hal, jati diri; keberanian yang sempat hilang; juga cinta (hu hu hui!). Dengan semua itu aku semakin bersemangat berprestasi, aku lulus dengan nilai 3,35 sangat memuaskan. Dan, orang tuaku semakin sayang sama aku.

Aku belum puas sampai disitu, aku masih mempunyai mimpi-mimpi yang lain. Kata NIDJI “mimpi adalah kunci untuk kita manaklukkan dunia”, dan itu ternyata benar!!. Aku kuliah dulu juga mimpi, aku jadi guru dulu juga mimpi, aku jadi seperti ini juga berawal dari mimpi. Dan, sekarang aku melanjutkan Strata 2 di IKAHA Tebuireng Jombang itu juga berawal dari mimpi, kuliahku kali ini berbeda dengan yang kuliahku pertama yang berawal dari keinginanku untuk nolong anak-anak, aku ambil konsntrasi diprogram Pendidikan Islam masih semester awal.


ANDAI


Andai

Karya : St. Mas Ulfa (kls VIII)


Saat malam tiba


Kulihat bintang diatas sana


Mereka begitu indah


Dengan cahaya


Pancarkan kealam semesta


Andaikan kubisa diatas sana


Akankah kuhidup selamanya


Melihat alam yang indah


Dengan bangunan-bangunannya yang megah


Jika kuhirup udara segar dipagi hari


Kusapa mentari denga senyum dihati


Seperti langit yang berwarna biru

KEKASIH




Kekasih

Karya : M. Hanafi (VIII)


Kekasih maafkanlah aku


Karena aku tidak mengerti perasaanmu


Aku berterima kasih padamu


Yang telah menyemangatiku mencari ilmu


Yang kutahu hanya kasihmu


Ketulusan dalam hatimu


Maka temanilah hidupku


Karena aku kangen sama kamu


Tuhan…..


Terima kasih atas karuniamu


Tuhan…..


Berilah hidayahmu


Kepadaku dan kasihku


Dan …..kedua orang tuaku

BAYANGANMU


Bayanganmu

Karya: M. Syamsul Anis Setiawan (VIII)


Di hati ini


Hanya ada bayanganmu


Yang tak pernah bisa kulupakan


Hati ini


Tak bisa melupakan dirimu


Walau kau tak disini


Bayangmu selalu bersamaku


Mestinya kau sadari


Bahwa kusangat menyayangimu

TEMAN SEJATI


Teman Sejati

Karya : M. Rizal Fahlevi (VII)


Aku punya teman sejati


Dia baik hati


Aku sungguh senang sekali


Tetapi dia suka menyendiri


Dia dekat denganku


Dia tinggal bersamaku


Dia yang menemaniku


Kusebut dia teman sejatiku

KECEWA




KECEWA
Karya : Fatchul Yaqin (X)


Aku tertipu oleh senyum manismu

Yang selalu terbayang disetiap tidurku

Tak kusangka

Tak kuduga

Kau berikan bisa cintamu

Dan meracuni hidupku

Kau tak menghiraukan aku lagi

Kau tak percaya aku lagi

Tapi kau kan kuingat dihati

SUATU HARI YANG CERAH



Angin segar dari hutan dan kumandang suara adzan subuh membuatku terperanjat dari tidur dan meninggalkan mimpi indahku. Tidak seperti biasanya, hari ini aku menyambut suara adzan dengan hati yang begitu gembira dan dengan senyuman merekah penuh makna. Hari ini aku benar-benar sangat bahagia, aku tidak pernah merasakan kebahagiaan segila ini sebelumnya. Tanpa menunggu adzan selesai dikumandangkan oleh seorang bocah yang sudah tidak asing lagi suaranya ditelingaku, aku segera bergegas menuju kamar mandi, dengan langkah yang penuh semangat dan rasa bahagia aku segera mengambil air wudhu dan menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim, apalagi kalau bukan laporan, e..maaf maksudku menjalankan sholat subuh dan menghambakan diri yang penuh dosa ini kepada sang Khaliq.


"Alhamdulillah", itulah kata pertama yang terucap dari mulutku setelah aku selesai menjalankan sholat, kutundukkan kepalaku diatas sajadah seraya tidak henti-hentinya mulutku berucap "ya Allah, maha besar engkau, dzat yang Maha Rahman, dzat yang Maha Rahim, Tuhan yang menguasai jagad raya beserta seluruh kehidupan yang ada didalamnya, terima kasih wahai Sang Pengasih engkau telah menunjukkan kebesaranmu, wahai Sang Maha Pengampun engkau telah menerima do'a hambamu yang penuh dengan dosa ini, ya Allah yang Maha Bijaksana terima kasih ya Allah, hari ini Engkau telah memberikan jalan untuk cinta sejatiku menuju mahligai ikatan perkawinan dengan ridho-Mu, terima kasih ya Allah dekatkanlah hambamu ini dengan rahmat-Mu ya Allah". Tiba-tiba suara ibu menyadarkanku dari tangisanku, tangisan rasa haru, tangisan bahagia, tangisan penghambaanku kepada sang Khaliq sebagai wujud terima kasihku atas Rahman dan Rahim-Nya.

Tampaknya ibu dan bapak sudah siap untuk segera pergi mengantarkanku menuju tempat impian, aku melihat diraut wajah mereka juga ada perasaan bahagia seperti apa yang saat ini aku rasakan, "Alhamdulillah" kata-kata itu terus terucap dari mulutku, aku benar-benar sangat bahagia melihat sikap mereka, melihat kepedulian mereka terhadap perasaanku, kebingunganku dan keresahanku atas kondisiku saat ini."ibu dan bapak berangkat dulu nanti kamu nyusul biar kakekmu tidak curiga" terdengar suara ibu berpamitan untuk berangkat terlebih dahulu, memang sudah aku rencanakan dengan ibu kalau kita berangkatnya tidak bersamaan karena ibu tidak mau kakek tau kita mau pergi kemana, bukan apa-apa kita cuma belum mau memberitahukan kepada kakek tentang kepergian kita, karena kita takut mereka semua akan ikut sementara kita hanya membawa sedikit "bekal", ya..daripada nanti kita malu sama tuan rumah.....

Setelah selesai mempersiapkan segala sesuatunya aku bergegas menuju dapur untuk mengambil sarapan, karena kita akan memenempuh perjalanan dengan bus yang cukup jauh jadi aku harus mengisi perutku dulu biar nanti acaraku tidak terganggu dengan suara "kroncongan" diperutku akibat kelaparan. "Alhamdulillahi Rabbil Alamiiin", kali ini bukan suara yang keluar dari mulutku, tetapi keluar dari HP Sony-ku sehingga membuatku segera berlari menuju sumber suara, "assalamu'alaikum" sapaku "kamu ada dimana ibu dan bapak menunggumu di pasar" terdengar suara ibuku dengan jelas, beliau bilang aku ditunggunya di pasar, akupun segera bergegas mengambil motorku dan menuju pasa, dalam perjalanan pikiranku tidak bisa lepas dengan pertanyaan-pertanyaan, "kenapa ibu menunggu dipasar bukannya kita sudah sepakat untuk bertemu di Pucuk, ditempat penitipan sepeda motor", "ada apa ya, jangan-jangan....ah tidak mungkin, tidak mungkin".

Karena sibuk dengan lamunanku dan sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di otakku, tidak terasa aku telah sampai di pasar yang ibu maksud, dan ternyata ibu dan bapak sudah menungguku. Aku melangkahkan kakiku dengan penuh was-was, aku takut ibu berubah pikiran dan ingin menggagalkan acara kita. "apa kita tidak beli sesuatu dulu?" pertanyaan ibu mengagetkanku "bukannya ibu bilang mau mampir kepasar untuk beli wingko dan gula dulu, sementara untuk buahnya nanti kita cari diterminal saja" jawabku dengan ragu-ragu, aku menunggu jawaban ibu dengan penuh cemas, aku khawatir jangan-jangan...tidak, tidak mungkin...."maksud ibu kita belikan dia cincin sekarang atau nanti saja kalau sudah.." sebelum ibu selesai berbicara aku segera memberikan jawaban "ya.. kalau itu terserah ibu saja" kali ini aku menjawabnya dengan senyum dan ketakutan-ketakutankupun sirnah seketika itu juga "Alhamdulillah ya Allah" gumamku.Setelah berdiskusi dengan bapak, akhirnya ibu memutuskan untuk membelikan cincin "ala kadarnya" dulu dan baru nanti kalau sudah dekat dengan hari itu ibu akan membelikan yang bagus. Kamipun melanjutkan perjalanan kembali.

Setelah motorku dan motor bapak aku titipkan di tempat penitipan sepeda motor kami bertiga naik len menuju Babat dan baru setelah itu kami bertiga akan naik bus antar kota menuju kota impian. Selama dalam perjalanan tidak henti-hentinya aku mengucapkan hamdalah sambil terus memainkan jari-jariku untuk membalas pesan singkat dari tuan rumah melalui HPku, maklum tuan rumah selalu menanyakan keberadaan kami, sudah sampai dimana? jam berapa kira-kira sampai disini? hati-hati di jalan ya kami sudah merindukanmu, kata-kata itu selalu nongol di kotak pesan HP-ku.

Beberapa jam kemudian kamipun telah sampai di terminal kota tujuan, tapi perjalanan kita belum berakhir, kita masih harus naik bus jurusan Pare atau naik len jurusan Pare. Tanpa menunggu lama kami segera menuju len jurusan Pare, tapi sungguh sial len yang kami tumpangi sudah hampir 15 menit belum juga jalan, padahal aku sudah tidak sabar ingin segera sampai tujuan. Setelah menunggu akhirnya len yang kami tumpangi jalan juga.....

Alangkah kagetnya aku...ternyata gadis yang hendak diminta orang tuaku untuk menjadi pendamping hidupku telah menunggu kami bersama kakak-kakaknya di perempatan menuju rumah impian kami. Aku lihat dia masih sedikit canggung dengan orang tuaku, entah karena dia tidak dapat menguasai serangan kebahagiaan yang kini telah memenuhi ruang hatinya seperti yang saat ini aku rasakan, atau mungkin dia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini, hanya tatapan mata antara aku dan dia yang mampu menjawabnya, hanya senyumanku dan senyum dibibir merahnya yang mampu menjawab perasaan diantara kami, dan hanya ucapan Hamdalah yang sanggup memberi arti setiap hembusan nafas kita berdua......

Tidak terasa motor yang kami tumpangi telah mengantarkan kami ketempat tujuan terakhir kami......keluargaku dan keluarga gadis yang aku cintai pun segerah saling beramah tamah......."tujuan kami kesini yang pertama adalah silaturrahim dan yang kedua...ya..anak kami dan iil inikan sudah saling mencintai, ya...maksud tujuan kami sekalian meminta iil untuk menjadi pendamping hidup anak kami". Suara ibu barusan, begitu jelas terdengar oleh telingaku, aku seperti tidak tahan mendengar perkataan tadi, rasanya hatiku ingin meledak dan mulutku ingin berteriak....Tapi bukan sesak yang menyakitkan dan bukan teriakan kesakitan, kali ini hatiku ingin meledak karena tidak kuat menerima kebahagiaan yang selama ini aku dan dia impikan, kebahagiaan yang selama ini aku dan dia perjuangkan. Dan kali ini mulutku ingin berteriak mengumandangkan sair-sair kebahagiaan......Akhirnya hanya Rahman dan Rahim-Mu ya Allah... dan hanya Ridhomu ya Allah....

By:Suhadianto untuk gadis pujaan..