NICKI VC NICKO (PART I)


Aku adalah seorang pekerja paruh waktu disalah satu kompeksi yang ada dikota Surabaya, kota Surabaya bukanlah kota besar, aku tinggal dipinggiran kota ini, tepatnya didaerah Wonocolo. Mana tuh? Tetep satu kota dengan Surabaya, tapi bagian selatan, berbatasan dengan Waru, atau terminal Bungurasih.

Wah…… hidup dikota hari gini sangat berat, apalagi seperti aku, hanya berbekal ijazah SMK swasta dari daerah pinggiran, tidak bisa berharap bekerja dipabrik dengan status karyawan tetap, atau berharap jadi karyawan kontrak, atau berharap jadi karyawan diperusahaan bonafit yang kantornya digedung tingkat dua puluh. Semua itu sudah kubuang jauh-jauh setelah aku sadar bahwa aku hidup sendiri disini, tapi aku juga sadar semua harus dijalani dengan lapang dada, aku cuma percaya satu hal: kalau ada kemauan pasti ada jalan.

Adzan subuh berkumandang memanggil orang-orang yang beriman menunaikan rukun islam kedua, insayaAllah aku termasuk orang-orang itu. Amiin, kubersihkan badan, kubasuh mukaku dengan menyebut nama-Mu, kuawali hariku, hari ini dengan bersujud pada-Mu.

Bismillahirrhmaanirrachiim……

Ya Allah……ku awali hari ini dengan sujud pada-Mu

Aku adalah hamba yang tiada daya tanpa petunjuk-Mu

Aku adalah hambanista tanpa curahan mulya-Mu

Ya Allah……samapikanlah salam rinduku pada nabiku, ibuku dan ayahku

Aku rindu mereka Yaa Allah……

Ya Allah yang maha memberi rizki

Berilah rizki yang cukup padaku hari ini Ya Allah

Hanya pada-Mu ku meminta dan memohon

Jadi……kabulknlah doa-doaku

Amiii……n

Matahari mulai menyapa bumi, cahayanya memberi harapan baru bagiku, harapan untuk menjadi wanita yang lebih baik lagi, terdengar suara-suara kokok ayam jantan ikut menyemangati pagiku ini, eit……!jangan salah meski dikota metropolis kedua diIndonesia tetap kokokan ayam masih kedengaran, namanya juga dipinggiran, (he he he…).

Setelah kewajibanku sebagai muslimah kujalankan, kubersihkan kamar kosku yang berukuran empat kali lima meter ini, kurapikan tempat tidur yang nempel dilantai, bantal-bantal kutaruh dipaling ujung nempel dinding, kulipat selimut tipisku, lalu kusapu ubin yang berwarna pink.

Semua sudah rapi, tubuhku sudah wangi, jam sudah menunjukkan pukul 06.30 segera kuambil tas hitamku dan segera kumeninggalkan kamar kosku sebelum jalan raya mulai padat. Aku memang selalu berangkat lebuh awal, takut telat, nanti kalau telat bisa-bisa aku diskors atau malah dipecat.

Oh ya, begini, aku tadi sudah cerita kalau aku kerja disalah satu kompeksi, ya, itu adalah kompeksi untuk butiq. Aku kerja gini karna dulu aku SMKnya ambil tata busana karena harapanku dulu pingin jadi desainer, tapi setelah kejadian itu semuanya sudah hilang, sebenarnya apasih kejadian itu? Kapan-kapan deh aku cerita.

Tepat pukul tujuh aku sudah sampai dibutik kawasan darmo permai VIb Surabaya, kubuka gerbang yang masih tertutup takterkunci, memang kalau sudah jam tujuh gerbang belum dibuka, karna tanda butik sudah buka adalah gerbang yang terbuka. “pagi cantik……” sapa pak Karjo satpam butik ini

“pagi juga……”

“cerah sekali hari ini?”

“apa biasanya kusam?”

“tidak juga, tapi……hari ini kamu cantik”

terima kasih, ada maunya nggak nih? Biasa nyaa……”

“eh…neng ini dipuji kok malah curiga ada maunya, nggak mau ta dipuji?

“ya……mau aja, tapi kan nggak biasanya”

“ya dah aku cuma pingin lihat senyum neng……”

“tuh……kan bener, ngrayu……tapi nggak apa deh, Cuma senyum kan?”

“iya neng……cuma senyum”

“ya dah, nih senyumku, sekarang aku masuk dulu ya”

“iya nanti senyum lagi ya”

“iya, mari pak”

Kulangkahkan kakiku masuk kedalam butik, kulihat baju-baju yang tertumpuk rapi menanti tangan-tanganku untuk memasangi payet-peyet biar terlihat lebih cantik. Kutaruh tasku dilaci, dan segera kuambil gaun-gaun tadi beserta payet dan benang sutranya. Kata teman-teman baju yang kupegang ini adalah pesanan dari artis ibukota, mau dipakai show di Singapura, sayangnya aku nggak tahu siapa artis itu, tinggal nunggu saja berita infotaiment siapa artis yang show disana, kayak dulu, pas St. Nur Halizah Show di Surabaya, dia juga pakai gaun yang aku hiasi, oh…… betapa senang hatiku saat itu.

Satu persatu teman-temanku sesama karyawan masuk keruangan yang penuh dengan kain dan baju-baju bagus yang siap dipasarkan dibutiq Cleopatra ini. Kami hanya bisa menghias dan melihati baju-baju bagus ini, sering kami membicarakan seumpama kami beli baju bagus ini dipakai acara apa ya? Kesunatan tetangga? Atau kawinan teman? Yang semua acaranya dilaksanakan dihalaman rumah. Hah……tapi pasti pikiran kami dihentikan oleh mahalnya harga satu baju yang melebihi gajiku dalam satu bulan, tentunya pembicaraan kami juga dihentikan oleh Bu Rosa, pemilik butiq ini, dia selalu bilang: “sudah-sudah jangan banyak bicara, kerja yang bener, awas kalau salah, satu bulan gaji kalian itu nggak cukup buat nggantiin satu baju ini! Ngerti!!”

Tapi, biasanya kami cuma meringis ketawa dengar ocehan itu. Oh……ya teman-temanku disini jumlahnya empat, Risa, asal Madura tapi blesteran Lamongan juga, Tika, katanya asli Surabaya, dia ini yang paling berani nyoba-nyoba baju yang sudah jadi, pernah sekali ketahuan Bu Rosa, tapi dia selamat dengan alasan pelanggan kurang cocok dengan ukurannya jadi minta diperbarui (pintar alasan juga dia). Kemudian Lala dari Sidoarjo, dia paling cantik disini, tak jarang banyak pelanggan cowok yang ngajak dia makan, dia sih mau-mau aja meski katanya sudah punya tunangan yang masih ada di Kalimantan, dan yang terakhir adalah Edo, cowok yang kemayu ini bertugas ngukur-ngukur baju dan buat model, dia paling jago kalau buat gaun malam, ditambah lagi dia baik sama aku, aku pernah dibuatin satu gaun malam, yang sampai sekarang belum pernah aku pakai, soalnya belum ada even yang pas untuk pakaian itu.

Kali ini aku memasang payet dibantu Risa, karna emang payet-peyetnya harus penuh banget satu gaun full. Dia duduk didepanku

“Eh, kamu tahu ada lomba buat gaun” Risa mengawali pembicaraan

“dimana?” tanyaku iseng, mana mungkin aku ikut? Pasti nggak bakalan diijini

“dikoran, hadiahnya mbook……”

“apa hadiahnya?” sahutku sambil terus masang payet dan nggak ngelihat Risa sama sekali.

“kamu pasti tertarik deh……” Risa mulai ngiming-ngiming aku

“apa sih hadiahnya? Mobil?, apartemen?, rumah?, to kulkas? Tv?” tanyaku seenaknya

“ah……lebih dari itu,” aku mulai tertarik

“ apa dong”

“ training seminggu dihotel Tunjungan sama Nicki!”

“ yang bener kamu!!!” mataku langsung menjurus ke Risa, gimana nggak kepengin diajari desiner nasional sehebat Nicki, meski dia nggak jelas cewek cowoknya, tapi aku sangat kagum dengannya. Hasil karyanya pernah menjuarai vestifal gaun daur ulang international, dia bikin dari daaun-daaun jati yang berserakan dihutan. Ditambah lagi baju hasil katyanya sering dipakai dieveen-even besar, aku sangat kagum sama dia. Kaalau cewek-cewek yang lain kagum sama vokalis band, cover boy, penyanyi, atau artis aku ngefans berat sama Nicki. “kamu bawaa korannya mggak?”

“bawa, tapi entar aja, takut ketahuan”

“yo w is, tapi nggak bohongkan kamu?”

“ihh……sama temen sendiri kok bohong?”

I love u frend

“eh……eh……hayo!pagi-padi dah ngerumpi, ngerumpiin pa? mau demo gajinya minta tambah ya?” sahut Bu Rosa yang barusan dating langsung sewot lihat kami bisik-bisik.

“enggak bu……” jawab Risa “nanti aja dilanjutin. Kamipun melanjutkan kerjaan kami, tapi pikiranku sudaah merancang gaaun-gaaun jenis apa yang akan kuikutkn dalam festifal itu, masa bodoh dengan aturan-aturaan butik, yang jelas aku dapat kesempatan untuk bertemu dengan Nicki. NICKI I AM COMEING

1 komentar

  1. SUHADIANTO  

    30 April 2009 pukul 02.43

    Novel-novel dalam blog ini sangat bagus, sangat terlihat penulis dalam blog ini memang memiliki kepiawaian dalam dunia tulis menulis novel. Puisi-puisinya juga lumayan bagus untuk ukuran penulis kelas SMP. terus berjuang dan berkarya