SUATU HARI YANG CERAH



Angin segar dari hutan dan kumandang suara adzan subuh membuatku terperanjat dari tidur dan meninggalkan mimpi indahku. Tidak seperti biasanya, hari ini aku menyambut suara adzan dengan hati yang begitu gembira dan dengan senyuman merekah penuh makna. Hari ini aku benar-benar sangat bahagia, aku tidak pernah merasakan kebahagiaan segila ini sebelumnya. Tanpa menunggu adzan selesai dikumandangkan oleh seorang bocah yang sudah tidak asing lagi suaranya ditelingaku, aku segera bergegas menuju kamar mandi, dengan langkah yang penuh semangat dan rasa bahagia aku segera mengambil air wudhu dan menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim, apalagi kalau bukan laporan, e..maaf maksudku menjalankan sholat subuh dan menghambakan diri yang penuh dosa ini kepada sang Khaliq.


"Alhamdulillah", itulah kata pertama yang terucap dari mulutku setelah aku selesai menjalankan sholat, kutundukkan kepalaku diatas sajadah seraya tidak henti-hentinya mulutku berucap "ya Allah, maha besar engkau, dzat yang Maha Rahman, dzat yang Maha Rahim, Tuhan yang menguasai jagad raya beserta seluruh kehidupan yang ada didalamnya, terima kasih wahai Sang Pengasih engkau telah menunjukkan kebesaranmu, wahai Sang Maha Pengampun engkau telah menerima do'a hambamu yang penuh dengan dosa ini, ya Allah yang Maha Bijaksana terima kasih ya Allah, hari ini Engkau telah memberikan jalan untuk cinta sejatiku menuju mahligai ikatan perkawinan dengan ridho-Mu, terima kasih ya Allah dekatkanlah hambamu ini dengan rahmat-Mu ya Allah". Tiba-tiba suara ibu menyadarkanku dari tangisanku, tangisan rasa haru, tangisan bahagia, tangisan penghambaanku kepada sang Khaliq sebagai wujud terima kasihku atas Rahman dan Rahim-Nya.

Tampaknya ibu dan bapak sudah siap untuk segera pergi mengantarkanku menuju tempat impian, aku melihat diraut wajah mereka juga ada perasaan bahagia seperti apa yang saat ini aku rasakan, "Alhamdulillah" kata-kata itu terus terucap dari mulutku, aku benar-benar sangat bahagia melihat sikap mereka, melihat kepedulian mereka terhadap perasaanku, kebingunganku dan keresahanku atas kondisiku saat ini."ibu dan bapak berangkat dulu nanti kamu nyusul biar kakekmu tidak curiga" terdengar suara ibu berpamitan untuk berangkat terlebih dahulu, memang sudah aku rencanakan dengan ibu kalau kita berangkatnya tidak bersamaan karena ibu tidak mau kakek tau kita mau pergi kemana, bukan apa-apa kita cuma belum mau memberitahukan kepada kakek tentang kepergian kita, karena kita takut mereka semua akan ikut sementara kita hanya membawa sedikit "bekal", ya..daripada nanti kita malu sama tuan rumah.....

Setelah selesai mempersiapkan segala sesuatunya aku bergegas menuju dapur untuk mengambil sarapan, karena kita akan memenempuh perjalanan dengan bus yang cukup jauh jadi aku harus mengisi perutku dulu biar nanti acaraku tidak terganggu dengan suara "kroncongan" diperutku akibat kelaparan. "Alhamdulillahi Rabbil Alamiiin", kali ini bukan suara yang keluar dari mulutku, tetapi keluar dari HP Sony-ku sehingga membuatku segera berlari menuju sumber suara, "assalamu'alaikum" sapaku "kamu ada dimana ibu dan bapak menunggumu di pasar" terdengar suara ibuku dengan jelas, beliau bilang aku ditunggunya di pasar, akupun segera bergegas mengambil motorku dan menuju pasa, dalam perjalanan pikiranku tidak bisa lepas dengan pertanyaan-pertanyaan, "kenapa ibu menunggu dipasar bukannya kita sudah sepakat untuk bertemu di Pucuk, ditempat penitipan sepeda motor", "ada apa ya, jangan-jangan....ah tidak mungkin, tidak mungkin".

Karena sibuk dengan lamunanku dan sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di otakku, tidak terasa aku telah sampai di pasar yang ibu maksud, dan ternyata ibu dan bapak sudah menungguku. Aku melangkahkan kakiku dengan penuh was-was, aku takut ibu berubah pikiran dan ingin menggagalkan acara kita. "apa kita tidak beli sesuatu dulu?" pertanyaan ibu mengagetkanku "bukannya ibu bilang mau mampir kepasar untuk beli wingko dan gula dulu, sementara untuk buahnya nanti kita cari diterminal saja" jawabku dengan ragu-ragu, aku menunggu jawaban ibu dengan penuh cemas, aku khawatir jangan-jangan...tidak, tidak mungkin...."maksud ibu kita belikan dia cincin sekarang atau nanti saja kalau sudah.." sebelum ibu selesai berbicara aku segera memberikan jawaban "ya.. kalau itu terserah ibu saja" kali ini aku menjawabnya dengan senyum dan ketakutan-ketakutankupun sirnah seketika itu juga "Alhamdulillah ya Allah" gumamku.Setelah berdiskusi dengan bapak, akhirnya ibu memutuskan untuk membelikan cincin "ala kadarnya" dulu dan baru nanti kalau sudah dekat dengan hari itu ibu akan membelikan yang bagus. Kamipun melanjutkan perjalanan kembali.

Setelah motorku dan motor bapak aku titipkan di tempat penitipan sepeda motor kami bertiga naik len menuju Babat dan baru setelah itu kami bertiga akan naik bus antar kota menuju kota impian. Selama dalam perjalanan tidak henti-hentinya aku mengucapkan hamdalah sambil terus memainkan jari-jariku untuk membalas pesan singkat dari tuan rumah melalui HPku, maklum tuan rumah selalu menanyakan keberadaan kami, sudah sampai dimana? jam berapa kira-kira sampai disini? hati-hati di jalan ya kami sudah merindukanmu, kata-kata itu selalu nongol di kotak pesan HP-ku.

Beberapa jam kemudian kamipun telah sampai di terminal kota tujuan, tapi perjalanan kita belum berakhir, kita masih harus naik bus jurusan Pare atau naik len jurusan Pare. Tanpa menunggu lama kami segera menuju len jurusan Pare, tapi sungguh sial len yang kami tumpangi sudah hampir 15 menit belum juga jalan, padahal aku sudah tidak sabar ingin segera sampai tujuan. Setelah menunggu akhirnya len yang kami tumpangi jalan juga.....

Alangkah kagetnya aku...ternyata gadis yang hendak diminta orang tuaku untuk menjadi pendamping hidupku telah menunggu kami bersama kakak-kakaknya di perempatan menuju rumah impian kami. Aku lihat dia masih sedikit canggung dengan orang tuaku, entah karena dia tidak dapat menguasai serangan kebahagiaan yang kini telah memenuhi ruang hatinya seperti yang saat ini aku rasakan, atau mungkin dia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini, hanya tatapan mata antara aku dan dia yang mampu menjawabnya, hanya senyumanku dan senyum dibibir merahnya yang mampu menjawab perasaan diantara kami, dan hanya ucapan Hamdalah yang sanggup memberi arti setiap hembusan nafas kita berdua......

Tidak terasa motor yang kami tumpangi telah mengantarkan kami ketempat tujuan terakhir kami......keluargaku dan keluarga gadis yang aku cintai pun segerah saling beramah tamah......."tujuan kami kesini yang pertama adalah silaturrahim dan yang kedua...ya..anak kami dan iil inikan sudah saling mencintai, ya...maksud tujuan kami sekalian meminta iil untuk menjadi pendamping hidup anak kami". Suara ibu barusan, begitu jelas terdengar oleh telingaku, aku seperti tidak tahan mendengar perkataan tadi, rasanya hatiku ingin meledak dan mulutku ingin berteriak....Tapi bukan sesak yang menyakitkan dan bukan teriakan kesakitan, kali ini hatiku ingin meledak karena tidak kuat menerima kebahagiaan yang selama ini aku dan dia impikan, kebahagiaan yang selama ini aku dan dia perjuangkan. Dan kali ini mulutku ingin berteriak mengumandangkan sair-sair kebahagiaan......Akhirnya hanya Rahman dan Rahim-Mu ya Allah... dan hanya Ridhomu ya Allah....

By:Suhadianto untuk gadis pujaan..

1 komentar

  1. Anonim  

    26 Februari 2009 pukul 19.58

    terima kasih