ANTARA PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


Pengertian psikologi perkembangan

Pengertian Psikologi

Dilihat dari terminology kata psikologi terdiri dari dua kata yakni Psyche berarti jiwa dan logos yang kemudian menjadi logi berarti ilmu. Maka kata psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa, tidak terbatas pada jiwa manusia saja tetapi juga termasuk jiwa binatang dan sebagainya[1].

Di kalangan ahli psikologi pada hakekatnya tidak terdapat perbedaan pengertian tentang psikologi, hanya saja perbedaan itu muncul akibat dari sudut pandang yang berasaskan pada perbedaan aliran-aliran dalam psikologi itu sendiri. Sekedar diketahui di antara perbedaan pengertian tersebut antara lain:

Wilhelm Wundt (1832-1920)
Psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari/menyelidiki
pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti pengalaman perasaan panca indera, merasakan sesuatu, berfikir dan berkehendak. Wundt terkenal sebagai gubernur pada Universitas Leipzig pendiri laboratorium psikologi yang pertama di dunia dipandang juga sebagai pendiri psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri terpisah dari filsafat dan ilmu alam[2].

John Broadus Watson (1842-1910)
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriyah manusia dengan menggunakan metode-metode observasi (pengamatan) secara obyektif seperti terhadap rangsangan (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku, psikologi bukan mempelajari tentang kesadaran manusia. Watson menolak teori netralitas yang menjadikan kegiatan hidup kejiwaan seperti perasaan panca indera, merasa, persepsi(lukisan jiwa), pikiran dan pengalaman sadar dan sebagainya sebagai obyek penyelidikan psikologi. Ruang lingkup psikologi meliputi tingkah laku manusia dan binatang, bahkan tingkah laku binatang lebih fundamental daripada tingkah laku yang kompleks dari manusia. Paham Watson ini disebut “Behaviorisme”(paham yang menitikberatkan pada tingkah laku lahiriyah)[3].

Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki jiwa, namun secara empiric hakikat jiwa tersebut tidak dapat diketahui, sehingga psikologi hanya membahas mengenai proses, fungsi-fungsi dan kondisi kejiwaan.
Dengan melihat pengertian psikologi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi adalah; ilmu yang mempelajari kejiwaan berdasarkan pengalaman panca indera dari masing-masing individu.

Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan factor-fakor yang umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam diri pribadi yang khas. Titik berat yang diberikan para ahli psikologi perkembangan adalah pada hubungan antara kepribadian dan perkembangan. Hal ini disebabkan oleh pendapat sebagian besar para psikolog bahwa keseluruhan kepribadian itulah yang berkembang meskipun beberapa komponen dapat lebih menonjol perkembangannya perkembangannya pada masa-masa tertentu daripada komponen yang lain, misalnya fungsi indra dan motorik menonjol pada tahun-tahun pertama. Ahli psikologi perkembangan lebih tertarik pada struktur yang berbeda-beda pada pribadi yang sedang berkembang pada urut-urutan perkembangannya maupun pada hubungannya satu sama lain. Sehubungan dengan itu dipakailah istilah stadium yang berurutan, misalnya stadium perkembangan intelegensi, kadang-kadang dipakai istilah fase bila berkisar pada hubungan antara komponen-komponen tersebut periode perkembangan tertentu[4].

Namun secara umum psikologi perkembangan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perubahan individu/pribadi sejak sebelum lahir sampai tua baik perubahan fisik maupun psikis, dengan disertai tahap-tahap tertentu.

Ruang Lingkup Kajian Psikologi Perkembangan
Obyek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi, yang berkembang di dalam masyarakat. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.Perkembangan dapat diartikan sebagai proses berlangsungnya perubahan-perubahan dalam diri seseorang, yang membawa penyempurnaan dalam kepribadiannya[5].

Pertumbuhan berlangsung sejak saat terjadi pembuahan dan menyumbangkan struktur jasmaniah yang memungkinkan perkembangan mental/psikis yang meliputi perkembangan: kognitif, konatif, afektif, social dan motorik. Perkembangan kognitif melipiti peningkatan pengetahuan serta pemahaman, yang sering juga disebut “perkembangan intelektual”dan perluasan kemampuan berbahasa. Perkembangan konatif meliputi penghayatan berbagai kebutuhan, baik biologis maupun psikologis dan penentuan diri sebagai mahkluk yang bebas dan rasional, sehingga lahir berbagai motif, yaitu daya-daya penggerak yang memberikan arah pada aktivitas-aktivitas. Perkembangan afektif menyangkut pemerkayaan alam perasaan. Misal anak pada awal hanya mengenal perasaan senang atau perasaan tidak senang lama-kelamaan akan mengalami rasa puas, gembira, kagum dan sebaliknya. Perkembangan social meliputi kemampuan bergaul secara memuaskan dengan anggota keluarga, teman, masyarakat dan sebagainya. Perkembangan motorik meliputi kemampuan menggunakan otot-otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, sehingga anak dapat merawat diri sendiri dan bergerak dalam lingkungan secara efisien dan efektif.

Perkembangan fisik memang mempengaruhi perkembangan psikis, misalnya bertambahnya fungsi otak memungkinkan anak dapat tertawa, berbicara dan lain sebagainya. Perkembangan juga berkaitan dengan belajar, khususnya mengenai isi proses perkembangan: apa yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Di samping itu juga bagaimana mempelajari sesuatu, misalnya apakah melalui memorisasi (menghafalkan) atau mengerti hubungan, ikut menentukan perkembangan. Sehingga perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan pemasakan dan belajar. Terjadilah suatu organisasi atau struktur tingkah laku yang lebih tinggi. Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup psikologi perkembangan adalah:

a.Cabang dari psikologi
b.Obyek pembahasannya ialah perilaku atau gejala jiwa seseorang
c.Tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.
C. Prinsip-Prinsip Utama Dalam Psikologi Perkembangan

Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti. Manusia secara terus-menerus berkembang atau berubah dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun social, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila ada seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit) maka ia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu. Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya: untuk dapat berjalan seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau meloncat.

Prinsip-prinsip perkembangan meliputi[6]:

1. Prinsip Kesatuan Organis
Anak merupakan satu kesatuan, perkembangan antar fungsi yang satu dengan yang lain saling berpengaruh, tiap-tiap fungsi hanya mempunyai arti apabila ditinjau dari keseluruhannya. Contoh: perkembangan bahasa anak merupakan suatu kebulatan, artinya kita tidak boleh meninjau perkembangan bahasa saja, tetapi perkembangan sebelumnya juga harus diperhatikan penguasaan anak terhadap kata-kata, kalimat, dan sebagainya.
Implikasi dalam pendidikan disarankan agar pelajaran-pelajaran yang diberikan ada hubungannya antara satu bagian dengan bagian lainnya, juga perlu diperhatikan dalam menyusun scope kurikulum setiap jenjang pendidikan.

2. Prinsip Tempo dan Irama Perkembangan. Prinsip ini menekankan bahwa masing-masing Individu memiliki irama sendiri dalam perkembangannya, ada yang cepat dan ada yang lambat.

3. Tiap Individu mengikuti Pola Perkembangan Yang umum Meskipun individu memiliki irama dan tempo yang berbeda, disertai bakat yang berbeda,namun individu tersebut masih mengikuti garis perkembangan umum. Jadi perbedaan tersebut dikarenakan pembawaan dan lingkungan.

4. Prinsip Interaksi
Antara perkembangan dan lingkungan saling berpengaruh di dalam perkembangan anak. Implikasi dalam pendidikan diantaranya adalah: pendidik harus memberikan variasi pendidikan seluas-luasnya,potensi-potensi anak bisa berkembang karena ada stimulus yang diberikan, anak bukan manusia yang pasif tetapi dengan keaktifannya anak bisa menunjukkan kehendaknya,maka kemauan anak harus dipupuk.

5. Prinsip Kematangan
Kematangan anak menentukan pendidikan yang diberikan, orang tidak dapat memaksakan materi pendidikan yang melebihi batas tingkat kematangannya.

6. Proses Perkembangan
Pada proses ini terdapat keinginan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan diri. Adanya keinginan untuk makan, minum, dan istirahat merupakan keinginan untuk mempertahankan diri, sedangkan keinginan untuk bergerak, bermain, maengdakan eksplorasi dan lainnya merupakan hasrat untuk mengembangkan yang sudah ada.

7. Fungsi psikis tidak timbul secara berturut-turut tetapi secara bersamaan Menulis materi pelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan fungsi ingatan, pikiran, perasaan, gerak dan sebagainya secara bersamaan hanya pada waktu tertentu, salah satu fungsi yang menonjol sehingga tampak secara berurutan.

8. Perkembangan mengikuti proses diferensiasi dan integrasi Dengan bertambahnya umur, perkembangan anak akan semakin maju, sehingga terjadi proses diferensiasi dan integrasi.

9. Pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan asuhan secara sadar Proses ini membutuhkan suatu asuhan, bimbingan yang dilakukan secara sadar. Untuk mencapai perkembangan yang normal asuhan dan bimbingan harus diberikan secara sadar dan terencana.

Manfaat Psikologi Perkembangan Dalam Studi Psikologi Pendidikan
Manfaat psikologi perkembangan dalam psikologi pendidikan sangatlah perlu karena perkembangan kognitif meliputi peningkatan pengetahuan serta pemahaman, yang sering disebut dengan perkembangan intelektual dan perluasan kemampuan berbahasa. Demikian juga perkembangan konatif meliputi penghayatan berbagai kebutuhan, baik biologis maupun psikologis dan penentuan diri sebagai makhluk yang bebas dan rasional.

Psikologi perkembangan bermanfaat sekali bagi psikologi pendidikan karena psikologi perkembangan menyediakan informasi yang amat banyak dan mendasar bagi semua pihak yang melakukan studi psikologi pendidikan. Para pendidik harus menyediakan lingkungan di sekolah yang memberikan kesempatan bagi pengembangan potensi anak agar mencapai titik yang optimal (student oriented). Berbagai pedoman tentang teori belajar, masalah psikologis anak dalam psikologi pendidikan pasti berawal dari studi perkembangan dan pertumbuhan sejak awal sampai tingkat remaja.
Ada lima aspek yang perlu diperhatikan, manfaat tambahan dalam hal ini[7]:
1. bagi anak didik artinya anak didik dapat mengembangkan diri guna mendapatkan kemajuan baru secara optimal.
2. bagi pendidik artinya: dapat mempersiapkan kondisi dan lingkungan yang menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk belajar dan mengembangkan tingkah lakunya serta dapat menerapkan tujuan, bahan, dan materi kegiatan, metode, tehnik, evaluasi, media belajar, sarana-prasarana, kegiatan dan sebagainya dengan tepat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
3. bagi orang tua ,keluarga, masyarakat, pemerintah atau negeri artinya dapat mengambil suatu sikap atau kebijakan-kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin HM. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar studi. 1994. Jakarta: Bumi aksara
Hidayati Wiji dan Purnami Sri. Psikologi Perkembangan. 2008. Yokyakarta: Teras
Monks- Knoers. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. 2006. Yokyakarta: Gajah Mada University Press
Soemanta Wasty. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. 1998. Jakarta: PT Rineka Cipta
Winkel WS. Psikologi Pengajaran. 1991. Jakarta:PT Grasindo


[1] HM Arifin.Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, 1994. Bumi Aksara. Hal: 12
[2] Ibid,hal:13
[3] Ibid,hal:14
[4] Abu Ahmadi ,Munawar Sholeh.Psikologi Perkembangan.2005.PT Rineka Cipta,hal:3
[5] WS Winkel.Psikologi Pengajaran.1991.PT Grasindo.hal:14
6 Wiji Hidayati, Sri Purnami. Psikologi Perkembangan.. Yokyakarta: Teras, 2008 Hal; 48-49
[7] Wasty Soemanto. Psikilogi PendidikanLandasan Kerja Pemimpin Pendidikan. PT Rineka Cipta Jakarta,1998. Hal:8

A. Latar Belakang

Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia secara keseluruhan, peningkatan kualitas pendidikan, pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan (link and match) serta kebersamaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan merupakan kebijakan dan program yang harus dilaksanakan. Hal ini karena pendidikan merupakan bidang yang sangat tepat dan strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkesinambungan.


Sekolah atau madrasah sebagai unit pelaksana teknis dalam bidang pendidikan harus mampu menghasilkan out put yang berkualitas sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilaksanakan, baik tingkat dasar maupun menengah. Untuk itu di sekolah dan madrasah diperlukan adannya sumber daya manusia (tenaga guru dan tenaga kependidikan) yang lebih berkualitas, yang mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dan hasil yang optimal. Dengan demikian, di sekolah dan madrasah diperlukan adanya manajemen sumber daya manusia yang tepat, terencana dan terarah. Sementara itu, dalam manajemen tentunya akan menyangkut pula hal-hal yang berkaitan dengan kepemimpinan.


Berbagai perubahan masyarakat dan krisis multi dimensional yang sedang melanda krisis Indonesia saat ini, antara lain ditandai dengan sulitnya menemukan sosok pemimpin idealis yang memiliki komitmen tinggi terhadap pendidikan. Kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen madrasah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala madrasah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala madrasah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik secara individu maupun kelompok.


Kepala madrasah sebagai Top Leader memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan secara optimal. Setiap kepala madrasah harus memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di madrasahnya. Perhatian tersebut harus ditunjukkan dalam kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan diri, mengembangkan sumber daya manusia yang ada dan mengembangkan madrasahnya secara optimal.


Seorang kepala madrasah harus jeli melihat potensi bawahannya agar potensi tersebut dapat dikembangkan bagi kepentingan madrasah. Seorang manajer yang baik tidak akan melihat bawahannya dari sudut kekurangan, tetapi dari segi kelebihannya. Untuk itu, kepala madrasah sebagai manajer harus dapat mengenal kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh para tenaga kependidikan.


Dengan memperhatikan pernyataan-pernyataan di atas, maka di sini penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian tentang "Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mengelola Tenaga Pendidik dan Kependidikan". Hal ini karena kepemimpinan merupakan intisari dari manjemen. Apalagi dengan adanya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sangat cepat pada beberapa decade terakhir ini, yang juga menuntut kemampuan SDM di madrasah (baik tenaga guru maupun tenaga kependidikan) untuk terus menerus dikembangkan dan ditingkatkan sehingga tidak tertinggal dengan kemajuan teknologi dan informasi.


Rumusan Masalah

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kepemimpinan kepala madrasah dalam megelola SDM yang telah berlaku di suatu sekolah tertentu. Adapun masalah-masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini nanti dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana perencanaan kepala madrasah dalam mengelola SDM yang ada ?
  2. Bagaimana kemampuan SDM yang ada di sekolah tersebut ?
    1. Tenaga Guru
    2. Tenaga Kependidikan
  3. Apa upaya kepala madrasah dalam meningkatkan SDM yang ada di sekolah tersebut ?
    1. Tenaga guru
    2. Tenaga Kependidikan
  4. Bagaimana pembagian tugas yang dilakukan oleh kepala madrasah di sekolah tersebut ?


Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi menyeluruh tentang kepemimpinan kepala madrasah dalam manajemen SDM . Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

  1. Ingin mendeskripsikan perencanaan kepala madrasah dalam mengelola SDM yang ada.
  2. Ingin mendeskripsikan kemampuan SDM tenaga guru yang ada di sekolah tersebut.
  3. Ingin mendeskripsikan kemampuan tenaga kependidikan yang ada di sekolah tersebut.
  4. Ingin mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan kepala madrasah dalam meningkatkan SDM tenaga guru di sekolah tersebut.
  5. Ingin mendeskripsikan upaya-upaya kepala madrasah dalam meningkatkan SDM tenaga kependidikan di sekolah tersebut.
  6. Ingin mendeskripsikan pembagian tugas yang dilakukan oleh kepala madrasah di sekolah tersebut.


Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

  1. Kepala Madrasah

diharapkan dapat menjadi masukan dalam menjalankan tugasnya sebagai edukator, manajer, dan supervisor yang baik dan benar.

  1. Supervisor/pengawas

untuk pembinaan khususnya di MTsN Keras Jombang dengan manajemen madrasah yang baik dan memberikan masukan untuk kepentingan supervisi, monitoring, evaluasi, dan sebagainya. .

  1. Kepala Kantor Departemen Agama

dijadikan masukan sebagai dasar informasi dalam menentukan kebijakan untuk pembinaan madrasah, khususnya di MTsn Keras tersebut.

  1. Tenaga guru dan tenaga kependidikan

berguna untuk menambah pengetahuan dan menambah kesadaran bagi guru dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah ini dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sehari-hari, sehingga mereka lebih professional dalam bekerja.

I love u



Kudengar itu ditelingaku

Saat kau mengejarku

Kurasakan itu dijiwaku
Rasa nyaman hatiku

kurindu kata itu
kata yang dari hatimu

I love u…
I love u…

Satu kata


Satu kata yang kurindu…

Satu kata yang kutunggu…

Satu kata yang kuminta…

Satu kata yang dijiwa…

Satu kata dengan asa...

Satu kata penyatu jiwa...

Satu kata penuh makna...

Satu kata yang kunanti...

Ada duka...

Penuh cita...

Satu kata hanya satu kata

Nicki vs Nicko (part II)


Pikiranku mulai kalut, otakku berputar cari alasan agar bisa ikut audisi itu, “duh…jam lama amat sih puternya” gerutuku dalam hati. Hari ini terasa sangat lama sekali, tiga jam bagai tiga tahun, aku menunggu jam istirahat, karan saat istirahat Risa janji mau ngejelasin gimana cara ikutan audisi itu. “ah…mudah-muadahan aku bias ikutn audisi itu, dan bisa ketemu sama Nicki” doaku, tetap dlam hati.
“kamu kok dari tadi kayaknya ngelamun? Ada yang dipikirin?” Tanya bu Rosa dari tempat duduknya, ternyata sedari tadi dia merhatiin aku.
“enggak bu,nggak ada apa-apa”
“oh bagus deh, tuh, kerjaan kamu masih banyak, masih ada lima baju yang harus kamu pasangi hiasan, belum lagi kamu harus benerin bajunya pelanggan kemarinkan? Besok katanya mau diambil lho!”
“iya, nanti sore pasti sudah selesai semua bu, ini tinggal sedikit kok”
“harus! Kalau nggak, nama kita pasti jelek terus pelanggan kita kabur, dari mana aku dapat gaji kamu kalau nggak dari mereka dulu”
“iya bu, saya tahu”
“kalau tahu jangan nglamun aja, kerja! Kerja!”
Aku mengganggukkan kepala tanda bahwa aku sangat faham apa yang dibicarakan olehnya, emang, bu Rosa sedikit cerewet, selalu ngomel kalau kita nggak serius kerjanya atau bercanda terus. Saking cerewetnya temen-temen biasa panggil di nenek sihir, hi hi hi… berlebihan sih, tapi nggak apa-apa buat jocking aja.


Namaku Maia Puspita, lahir 19 tahun yang lalu, diumur segini aku sudah hidup sendiri, orang tuaku meninggal saat pergi keProbolinggo, bus yang mereka tumpangi kecelakaan dijalan dan terbakar, seluruh penumangnya mati, termasuk orang tuaku. Waktu itu aku kelas tiga SMP, hidupku serasa kiamat, cita-citaku ikut terkubur bersama jasad mereka, tubuhku hampa tak berdaya, hampir aku putuskan ikut bersama mereka. Aku bingung, aku hidup bersama siapa?
Setiap hari aku berjalan-jalan di taman Bungkul, taman kota Surabaya yang sering aku datangi bersama ibu dan bapak, kupandangi pohon-pohon, bunga-bunga, kumbang-kumbang dan keluarga kecil yang sedang bercanda. Kukenang kedua orang tuaku disana, kubayangkan saat-saat bersama mereka, tak jarang aku menangis sendiri, sampai orang-orang melihatiku. Tangisanku semakin menjadi saat ada orang yang menanyakan apa yang telah terjadi padaku? Dimana orang tuaku? Kenapa aku disini sendiri?
Tanpa sepengetahuanku, ternyata ada orang yang selalu memperhatikanku, dan simpati dengan apa yang kualami. Meski tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ya, tapi aku tidak tahu nama orang itu, “kenapa adik selalu nangis disini?” Tanya orang itu sambil duduk mendekatiku, aku semakin hanyut dalam sedihku.
“bahaya adik malam-malam disini sendiri, adik nggak pulang?” aku masih tak menjawab, dan semakin nangis.
“lho, tambah nangis, baik, lanjutkan nangisnya, aku tunggu disini” ternyata orang itu nggak pergi-pergi juga, malah aku denger makan makanan yang ia bawa. Aku masih nangis menjadi-jadi.
“dulu, saat aku kehilangan ibuku aku juga menangis disini, ditempat ini” dia mulai bercerita, tapi, sungguh, waktu itu aku nggak ingin mendengar cerita apapun aku hanya ingin tidur dalam pelukan ibuku. “ibuku meninggal saat melahirkan adikku, dia kehilangan banyak darah dan aku tidak bisa berbuat apa-apa, ayahku tidak ada dirumah, apa yang bisa dilakukan oleh anak yang berusia sepuluh tahun saat melihat ibunya sekarat?” dia berhenti sejenak, minum minuman yang ada ditanggan dan melanjutkan kisahnya “aku nggak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi aku mengamatimu selama beberapa hari kamu selalu ada disini sendiri dan menangis” dia berhenti lagi.
Oh…rupanya ada yang memperhatikanku, siapa dia? Atau jangan-jangan dia orang jahat? Ah…siapapun dia terserahlah, aku sudah hidup sendiri, biarpun jahat, dia mau jadi temanku. Kuberanikan angkat kepala dan kulihat wajahnya, oh…ternyata masih muda, cowok itu memandangku dan……”lihatlah wajahmu, kalau orang tuamu lihat kamu seperti ini pasti mereka sedih” rupanya dia tahu apa yang aku alami, malam semakin lrut, tak ada niat untuk meninggalkn taman itu, “jika aku pulang aku pasti semakin larut dalam sedihku” pikirku, semalam aku berada ditaman itu, ditemani cowok yang aku tidak tahu asala-usulnya, namanya, tapi aku yakin dia orang baik, dia menceritakan cerita-cerita yang buat aku tersenyum.


Risa nyamperin aku lagi “hai! Ayo sekarang!”sambil narik-narik tanganku
“sebentar, masih ada bu Rosa”
“mau nggak? Soal dia santai saja”
Dan, benar! bu Rosa nggak ngomel saat tahu aku belum menyelesaikan tugasku dan diajak Risa pergi, aku kekamar ganti bersama Risa, kemudian Risa menunjukkan Iklan itu. Kubaca dan kupelajari, aku terkejut “apa? Satu minggu di Hotel Ibis?” aku meyakinkan keRisa, Risa mengangguk dengan tersenyum.
“ tapi, persaratannya sulit, aku harus buat gaun malam dulu, baru siapa yang gaun malamnya bagus itu yang dipanggil” aku pesimis.
“ih……malu-maluin, buat gaun aja dipersulit, setia hari yang kamu pegang itu apa non? Kain pel?”
“bukan gitu, ini kompetisi! Bukan rancangan yang kalau nggak cocok bias dierbaiki!”
“kan ada aku! Nanti aku deh yang ngomentarin rancanganmu”
“iya, ya…” semangatku “tapi, boleh nggak ya sama buRosa”
“nggak boleh!”oh…rupanya Tika tahu, wah gawat ini.
“kenapa nggak boleh? Apa ini tokomu?” sesal Risa
“bukan! Tapi aku akan bilang sama bu Rosa”
“bilang aja, alasan apa bu Rosa nglarang?”
“lihat aja entar, kompetisi gitu aja diikuti, dibohongi baru tahu rasa”
“kamu tuh yang syirik……” Risa dan Tika beradu mulut, ada benarnya Tika, mungkin bu Rosa nggak ngijinin aku ikut, takut nama butiqnya tercemar jika aku gagal. Oh…bagaimana ini?

Ternyata benar, aku dipanggil bu Rosa kekantornya, hatiku nggak karuan, pikiranku melayang, apa yang harus aku lakukan?
Aku berdiri didepan pinti kaca yang bergaris-garis putih, kuketuk tok…tok…tok..dan…”ya masuk…!”
“ada apa ibu manggil saya?” aku berlagak nggak tahu
“kata Tika kamu mau ikut audisi ya?”
“eh…eh…audisi apa ya bu?”
“jangan berlaga nggak tahu deh, audisi seminggu bersama Nicki, iya kan”
Aku hanya berani ngganggukkan kepala
“aku nggak ngijinin, kalau kamu ngotot ikut silahkan, tapi aku tunggu surat pengunduran diri kamu”
“tapi bu, ini kan masih audisi, saya belum tentu ketrima”
“nah itu masalahnya, belum tentu ketrima, kamu akan membawa nama butik saya kalau kamu nggak ketrima berarti karya kamu itu jelek dan itu menunjukkan butik ini juga tidak berkwalitas, paham?”
Tiba-tiba pintu terbuka, oh rupanya pak Ferri anak bu Rosa yang masuk
“ada apa sih ma? Kok teriak-teriak dari luar kedengaran lho!”
“ini, Maia mau ikut audisi”
“lho baguskan berarti dia mau maju”
“bagus dari mana? Kalau ketrima bagus memang, kalau nggak? Nama kita Fer nama kita”
“gini mam, mama nggak seharusnya begitu sama karyawan mama, birkan mereka berkreasi diluar juga, biarkan mereka berkembang, hitung-hitung itu sama saja mma ngedidik mereka tanpa mengeluarkan biaya” pak Feri menjelaskan banyak hal sama, biasanya kalau sudah dibicarakan mengenai biaya dan buRosa merasa tidak rugi biasanya diijinkan, mudah-mudahan ini juga seperti biasanya.
Dan, ternyata benar, pak Feri berhasil bujuk buRosa
“baik, Maia, kamu boleh ikut audisi itu, tapi harus menang, kalau nggak surat pengunduran kamu aku tunggu dimeja” oh…baik sekali, tapi kalimat terakhirnya aku enggak setuju
“tapi…”
“nggak perlu tapi-tapian, kalau setuju silahkan mulai nanti malam kerjakan, dan boleh lembur disini, tapi kalau nggak setuju ya…tinggal lupakan saja si Nicki itu, mudahkan”
“i…i…iya bu”
“ya sudah silahkan lanjutkan pekerjaanmu”

Metodologi Penelitian Pendidikan


Pertanyaan

1. Buatlah sebuah permasalahan penelitian pendidikan yang didalamnya mengandung 3 variable, yakni satu variable tergantung dan dua variable bebas. Sebutkan variable-variable yang dimaksud!

Jawab

Pengaruh Musik Klasik (Mozart) Terhadap Memori (Ingatan) Anak Berkebutuhan Khusus (autis). Variable tergantungnya adalah Musik Klasik (Mozart) dan dua variable bebasnya adalah Memori Anak dan Anak Berkebutuhan Khusus (Autis). Dengan penjelasan:

a. Musik Klasik (Mozart) : Adalah musik yang memiliki nilai seni yang tinggi, berkadar keindahan dan tak luntur sepanjang masa, yaitu gubahan dari aransemen karya Wolgang Amadus Mozart (1756-1791)[1].

b. Memori (Ingatan) Anak : Kemampuan anak untuk mengingat informasi yang telah diketahui, dan pengukuran ingatan dapat dilakukan dengan memanggil kembali informasi yang telah didapat (recall)[2].

c. Autis : Adalah masalah neurologis yang mempengaruhi pikiran, persepsi dan perhatian. Kelainan ini dapat menghambat, memperlambat atau mengganggu sinyal dari mata, telinga dan organ sensori yang lain[3].

2. Dari masalah penelitian saudara ada no.1 diatas, bagaimana bentuk/jenis data tiap variable dan dengan cara/metode apa pengambilannya?

Jawab

Jenis penelitiannya menggunakan penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian yang memungkinkan peneliti memanipulasi variable bebas dan meneliti akiba-akibatnya. Pada penelitian ini variable-variabel dikontrol sedemikian rupa, sehingga variable luar yang mungkin mempengaruhi dapat dihilangkan[4]. Penelitian ini menggunakan tipe True Eksperimen Design, dimana tipe ini dianggap paling ideal untuk mempelajari mekanisme sebab-akibat, karena hamper semua sumber-sumber invaliditas dapat terkontrol dengan baik oleh desain ini[5]. Desain pelaksanaan penelitian ini adalah siswa yang dijadikan subyek penelitian diambil secara random tidak lebih dari 6 siswa, peneliti meminimalisir subyek dengan tujuan meminimalisir apabila terjadi kesalahan yang fatal dalam melakukan penelitian. Dimana 6 anak tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, dengan perincian 3 kelompok kontrol dan 3 kelompok eksperimen yang nantinya kelompok ini yang akan diberi treatment dalam penyampaian materi. Masing-masing kelompok ditempatkan dalam ruangan yang berbeda. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan dua cara:

a. Observasi, yaitu mengamati proses recall yang dilakukan oleh masing-masing subyek penelitian, adapun indicator yang digunakan dalam observasi ini adalah kelancaran dalam me-recall informasi.

b. Tes, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara memberi stimulus materi-materi yang telah diberikan selama penelitian.

3. Berdasarkan masalah no.1 diatas, ajukan rumusan Hiotesisnya. Jika Hipotesis ditolak, apa yang saudara lakukan sebagai peneliti?

Jawab

Hipotesis adalah Pernyataan yang kebenarannya harus diuji terlebih dahulu sebelum diterima menjadi teori utama atau dalil. Secara awam Hipotesis dikatakan sebagai pernyataan sementara, karna belum diuji kebenaran pernyataan tersebut. Proses pengujian hipotesis menjadi tulang belakang pembuatan alat ukur, pengumpulan data dan proses pengolahan, analisis dan interpretasi data dalam penelitian[6]. Hepotesis dalam penelitian ini adalah, ada pengaruh penggunaan musik klasik (Mozart) terhadap memori (hafalan) anak autis. Kebenaran Hipotesis bersifat tidak mutlak, sangat tergantung dari kebenaran teori pendukung dan kesempurnaan pengambilan sampel yang mewakili seluruh populasi. Jadi penerimaan atau penolakan Hipotesis bukanlah persoalan kebenaran atau kesalahan tentang penelitian, tapi lebih pada persoalan cukup tidaknya bukti yang mendukung penelitian. Suatu hipotesis diterima karena dari sampel yang digunakan tidak terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesis itu dan bukan karena hipotesis itu benar. Suatu hipotesis ditolak karena dari sampel yang digunakan tidak terdapat cukup bukti untuk menerima hipotesis itu dan bukan karena hipotesis itu salah. Kalau memang diinginkan memperoleh kebenaran mutlak, maka penelitian harus mencakup keseluruhan pengamatan (populasi), sesuatu yang sangat mahal dan membutuhkan ketelitian dan waktu yang panjang. Ada beberapa hal yang menjadikan Hipotesisi ditolak:

a. Landasan teori, maksudnya teori sudah terlalu lama, kurang valid, informasi tidak relevance dan mutakhir.

b. Sampel Tidak representatif, tidak secara acak dan terlalu sedikit

c. Instrumen pengambil dataTidak valid dan reliabel.

d. Rancangan penelitianTidak tepat, menghasilkan penelitian yang tidak tepat pula. Karena rancangan penelitian merupakan strategi dalam pembuktian kebenaran hipotesis.

e. Analisa statistik Analisa statistik yang salah, menyebabkan tidak terbuktinya hipotesis.

f. Pengaruh eksternal variabel Variabel-variabel eksternal/extraneous akan mempengaruhi data yang diperoleh.

Penelitian adalah suatu sistem, jadi kualitas penelitian dan kebenaran hasilnya tidak ditentukan oleh satu bagian saja, melainkan oleh berbagai elemen yang tercakup didalan system penelitian, dan tugas peneliti mengendalikan elemen-elemen tersebut.


4. Dalam penelitian kualitatif, jelaskan makna dan esensi tentang:

a. Peneliti sebagai instrument kunci

b. Setting penelitiannya alami

c. Tidak menenal sample dan generalisasi terhadap poulasi

Beri penjelasan singkat masing-masing jawaban saudara!

Jawab

Ciri-ciri Penelitian Kualitatif adalah[7]:

a. Peneliti sebagai instrument kunci artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara dari sini peneliti memperoleh kumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Peneliti juga lebih menfokuskan pada proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi.

b. Setting penelitian yang alami maksudnya dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting). Situasi nyata ditempat penelitian itu dilaksanakan dan atau tempat pengambilan data merupakan suatu keseluruhan yang utuh yang mencakup kondisi fisik maupun kehidupan social budaya dan keagamaan warga dan masyarakat. Kesamaan setting pada berbagai penelitian mungkin memiliki kesamaan, oleh karena itu penting bagi peneliti melakukan penelitian pendahuluan[8].

c. Tidak menegenal sample dan generalisasi terhadap populasi artinya subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, generalisasi maksudnya tidak ada perbedaan jadi sample penelitian tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya. Penelitian juga mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.

5. Terangkan dengan jelas:

a. Mengapa guru perlu melakukan enelitian tindakan kelas?

b. Nilai penting bahwa guru perlu terampil melakukan PTK?

Jawab

a. Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

b. Nilai penting bahwa guru perlu terampil melakukan PTK, karena:[9]

1) Guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya

2) Temuan penelitian biasa/formal sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran

3) Guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya

4) Interaksi guru dan siswa berlangsung secara unik

5) Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian dikelasnya

6. Penelitian Tindakan Kelas

a. Sebutkan ciri-cirinya!

b. Mengapa bersiklus?

c. Apa yang dimaksud dengan refleksi

d. Siapa saja yang (mungkin) terlibat dalam kolaborasi jika permasalahannya “banyak siswa yang membolos dan karenanya mutu hasil pendidikan kurang baik”

Jawab

a. Adapun ciri-ciri PTK adalah sebagai berikut[10]:

1) Kegiatan dilakukan dalam situasi rutin, maksudnya penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin akan dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

2) Adanya kesadaran untuk memperbaiki diri artinya penelitian tindakan kelas didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksanaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang dirasakan belum memuaskan dan perlu ditingkatkan.

3) SWOT sebagai dasar berpijak, penelitian tindakan harus dimulai dari melakukan analisis SWOT, terdiri dari unsur-unsur S (Strength) - kekuatan, W (Weaknesses) - kelemahan, O (Opportunity) - kesempatan, dan T (Threat) - ancaman. Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal yang disebutkan, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.

4) Upaya empirik dan sistemik. Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, sudah mengikuti prinsip empirik (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung dan hal-hal yang terkait dengan cara baru tersebut.

5) Tindakan yang dipilih peneliti harus khusus, tidak sulit dilakukan, dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan dan lingkungan, nyata bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan. Selain itu yang sangat penting adalah bahwa tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya. Penelitian tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan, satu semester, atau satu tahun.

6) Bukan seperti biasanya, tetapi harus cemerlang, penelitian tindakan kelas harus dapat menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan kepada siswa memang berbeda dari apa yang sudah biasa dilakukan. Sesuai dengan prinsip nomer 2, yaitu adanya kesadaran dan keinginan untuk meningkatkan diri, apa yang sudah ada, tindakan yang dilakukan harus berbeda dari biasanya, karena yang biasa sudah jelas menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu guru melakukan tindakan yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih baik.

7) Terpusat pada proses, bukan semata-mata hasil penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil, dengan mengubah cara, metode, pendekatan atau strategi yang berbeda dari biasanya. Cara, metode, pendekatan atau strategi tersebut berupa proses yang harus diamati secara cermat, dilihat kelancarannya, kesesuaian dengan dan penyimpangannya dari rencana, kesulitan atau hambatan yang dijumpai, dan lain-lain aspek yang berkaitan dengan proses. Sejauh mana proses ini sudah memenuhi harapan, lalu dikaitkan dengan hasil setelah satu atau dua kali tindakan berakhir. Dengan kata lain, dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak harus selalu berpikir dan mengejar hasil, tetapi mengamati proses yang terjadi. Hasil yang diperoleh merupakan dampak dari prosesnya.

b. Terpusat pada proses (perencanaan → pengamatan/pelaksanaan → refleksi)[11], bukan semata-mata hasil, penelitian tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil kinerjanya, dengan mengubah cara, metode, pendekatan atau strategi yang berbeda dari biasanya. Cara, metode, pendekatan atau strategi tersebut berupa proses yang harus diamati secara cermat, dilihat kelancarannya, kesesuaian dengan dan penyimpangannya dari rencana, kesulitan atau hambatan yang dijumpai, dan lain-lain aspek yang berkaitan dengan proses[12]. Siklus yang diberikan hendaknya lebih dari satu bulan karena dengan perencanaan dan pengamatan yang baik akan mendapat hasil yang baik juga, pertimbangannya satu bulan adalah dalam satu minggu guru minimal masuk kelas dua kali tatap muka, dengan asumsi dalam satu bulan berarti delapan kali tatap muka. Diharapkan dengan delapan kali tatap muka peneliti sudah mencakup semua proses tersebut (siklus).

  1. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah "refleksi" dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan kelas, kemudian berhadapan dengan peneliti pengamat untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan, yang dalam hal ini guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagianmana yang belum. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain guru tersebut melihat dirinya kembali, melakukan "dialog" untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki[13].

Contoh: siswa dalam siklus ke-3 terjadi kemampuan yang signifikan. Kelancaran mengemukakan pendaat, kemampuan menghimpun hasil diskusi, dan presentasi yang baik.

  1. Pendidikan merupakan bentuk kerja sama dari lembaga pendidikan → guru → siswa → dan wali murid, keberhasilan dan kegagalan sekolah merupakan hasil dari kerjasama dari empat elemen diatas. Permasalahan disisni adalah banyaknya siswa yang membolos, perlu digaris bawahi siswa bolos merupakan salah satu bentuk pemberontakan terhadap ketidaksetujuan apa yang ia dapat baik itu berada dalam dirinya atau dari pihak sekolahan. Bahkan bisa saja siswa membolos karena miss comunication dengan pihak keluarga, artinya ada permasalah intern yang mengganggu pola pikir siswa yang mereka anggap membolos adalah suatu kebanggaan. Disini yang perlu dilakukan adalah adanya konseling kelompok antara siswa-siswa yang membolos, sekolah dan wali murid, dari konseling ini diharapkan ada benang merah yang mampu menyelasaikan problem tersebut dan data meningkatkan mutu pendidikan[14].

7. Apa yang penting diuraikan dalam ub-bab “Latar Belakang Masalah”?

Jawab

Bagian ini memuat uraian tentang latar belakang pengambilan permasalah dalam penelitian, untuk apa penelitian ini dilakukan, dan apa atau siapa yang menjadi subyek penelitian. Bagian ini juga diperbolehkan memuat teori-teori penelitian sebagai alasan mengapa mengambil permasalahan itu.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Don, Efek Mozart, terjmahan oleh Y. Hermaya, (Gramedia: Jakarta, 1997)

Hallen A, Dra M.Pd, Bimbingan dan Konseling, (Quantum Teaching: Jakarta,2005)

Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Galia,2002).

Hand Out, Pelatihan Tatalaksana Perilaku Pada Penyandang Autisme, Surabaya 28 Juni 1998.

http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kupas-tuntas-metode-penelitian-kualitatif-bag-1/

Latipun, Psikologi Eksperimen, (Malang: UMM Press, 2002).

Soenarto, Prof., P.Hd, Hand Out Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan, 10 Maret 2009.

Suharnan, Psikologi Kogntif, (Surabaya: Srikandi, 2005).

Zainal Akib dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Yrama Widya: Bandung, 2008)



[1] Don Campbell, Efek Mozart, terjmahan oleh Y. Hermaya, (Gramedia: Jakarta, 1997)

[2] Suharnan, Psikologi Kogntif, (Surabaya: Srikandi, 2005), hal. 95.

[3] Hand Out, Pelatihan Tatalaksana Perilaku Pada Penyandang Autisme, Surabaya 28 Juni 1998.

[4] M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Galia,2002), hal.24

[5] Latipun, Psikologi Eksperimen, (Malang: UMM Press, 2002), hal.15

[8] Prof. Soenarto, P.Hd, Hand Out Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan, 10 Maret 2009

[9] Zainal Akib dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Yrama Widya: Bandung, 2008)

[11] Prof. Soenarto, P.Hd, Hand Out Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan, 10 Maret 2009

[12] Zainal Akib dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Yrama Widya: Bandung, 2008)

[14] Dra. Hallen A, M.Pd, Bimbingan dan Konseling, (Quantum Teaching: Jakarta,2005)

Mini Proposal Penelitian


A. JUDUL

Pengaruh Musik Klasik (Mozart) Terhadap Memori (hafalan) Santri Tachfidz al-Quran.

B. LATAR BELAKANG

Inga’…… inga’…… cling! Begitu bunyi iklan yang pernah populer di televisi, pesan itu sedikit mengingatkan tentang kerja ingatan (memori). Pada dasarnya ingatan merupakan sesuatu yang membentuk jati diri manusia, dengan adanya ingatan manusia menjadi makhluk yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain, karena ingatan adalah hal yang vital dari kehidupan manusia, bisa dibayangkan jika manusia tidak memiliki anugerah ini, pastilah manusia tidak bias berfungsi seperti ingatan ini.

Karena begitu pentingnya ingatan bagi manusia, terlebuh dalam dunia pendidikan, maka perlu dilakukan penelitian-penelitian dalam rangka menemukan metode baru untuk meningkatkan kualitas memori pada peserta didik. Sehingga nantinya dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan.

Ingatan bukanlah objek yang bisa dilihat dengan mata, diraba dengan tangan atau dirasakan dengan anggota tubuh yang lain, ingatan merupakan suatu abstraksi yang menunjukkan suatu himpunan ciri-ciri, kegiatan dan ketrampilan[1]. Ingatan merupakan suatu kemamuan mengingat apa yang telah dia lakukan[2]. Informasi yang tersiman dalam ingatan akan tersera menjadi ingatan jangka panjang atau ingatan jangka pendek tergantung pada seberapa besarnya anak menaruh perhatian[3]

Terdapat masalah dan beberapa kesulitan dalam mengingat informasi yang akan disimpan dalam memori dan terdapat beberaa perbedaan antara peserta didik yang satu dengan yang lain. Menurut para ahli kesulitan dalam mengingat dikarenakan informasi yang diterima tidak diolah dan disimpan dalam otak dan bisa juga terjadi kesulitan dalam pemanggilan informasi yang sudah tersimpan[4]. Memang tidak semua informasi dapat disimpan, hanya hal penting dan yang menarik perhatianlah yang tersimpan dengan baik dalam otak.

Hal ini bertentangan dengan hasil eksperimen beberapa ahli Psikologi tentang otak manusia, yang menyimpulkan bahwa semua orang data mengingat setia informasi apapun yang pernah diketahui[5]. Itu berarti seharusnya peserta didik dapat mengingat penjelasan-penjelasan, rumus-rumus dan tempat-tempat bersejarah yang telah diberikan disekolah oleh para guru.

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga nonformal yang menggunakan metode hafalan, baik itu hafalan untuk muatan lokalnya atau pelajaran wajib yang menjadi ciri khas pondok pesantren tertentu, misalnya: pondok pesantren yang menghafal al-Quran. Melalu lembaga ini santri diharapkan mampu menjaga kitab Allah dengan hafalan tersebut, dan hafalan merupakan salah satu proses yang ada dalam ingatan, menghafal meliputi tahap perhatian dan konsentrasi.

Sekarang, pesantren merupakan tempat yang jumlah penghuninya tidak sedikit, dalam satu komplek bisa lebih dari 10 santri, dan ini dapat mengganggu proses menghafal santri. Bila santri kurang memberi perhatian dalam menghafal ayat-ayat al-Quran, bahkan yang lebih parah lagi santri akan merasa bosan malakukan enghafalan itu. Perhatian dalam proses pembiasaan menjadi suatu yang membosankan dimana anak tidak akan tertarik akan stimulus dan tidak akan lagi memperhatikan stimulusdan tidak akan lagi memperhatikannya[6].

Penggunaan musik dalam belajar bukanlah hal baru, musik dalam jenis tertentu diketahui data merangsang otak, otak akan menjadi terbuka dan reseptif dalam menerima informasi. Musik mengurangi stres, meredakan ketegangan, meningkatkan nergi dan mmerbesar daya ingat, karena musik dapat menjadikan orang cerdas[7]. Musik menjadikan suasana tenang dan menyenangkan sehingga otak menjadi terbuka untuk menerima informasi. Beberapa penelitian membuktikan bahwa musik memberi banyak manfaat kepada manusia atau eserta didik seperti merangsang ikiran, memperbaiki konsentrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membangun kcerdasan emosi dan lain-lain.

C. PERUMUSAN MASALAH

Pesantren merupakan lembaga pendidikan nonformal dimana peserta didiknya (santri) diwajibkan untuk tinggal dan bermukim dipesantrn selama mengikuti proses belajar-mengajar dalam lembaga itu tentusaja jumlah peserta didiknya tidak sedikit. Karena tidak sedikit ini dapat membuat peserta didik kurang konsentrasi. Sedangkan, metode pesantren dalam mendidik santrinya masih banyak yang menggunakan metode hafalan, terlebih untuk pesantren yang menghafal ayat-ayat al-Quran.

Kondisi ini menuntut adanya penggunaan metode baru untuk membantu para santri dalam meningkatkan hafalan mereka, dimana memori ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi, perhatian, kelelahan dan emosi. Secara teoritis musik klasik (Mozart) diketahui mampu meningkatkan konsentrasi, perhatian, menghilangkan kelelahan atau kejenuhan serta mnciptakan suasana yang nyaman dalam menghafal.

Dengan merujuk pada latar belakang masalah, maka perumusan masalahnya adalah: Apakah Musik Klasik (Mozart) Berpengaruh Terhadap Memori (hafalan) Santri Tchfidz al-Quran?

D. BATASAN ISTILAH

Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan istilah sebagai berikut:

1. Musik Klasik (Mozart) : adalah musik yang mempunyai nilai seni tinggi berkadar keindahan yang tak luntur sepanjang masa, yaitu gubahan dari aransemen Wolfgang Amadus Mozart (1756-1791)

2. Memori : adalah kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui, dan pengukuran ingatan dapat dilakukan dengan recall, yaitu pemanggilan kembali informasi yang telah diterima.

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh musik klasik (Mozart) terhadap memori (hafalan) santri tachfidz al-Quran.

F. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara teoritis

a. Memperoleh pengetahuan tentang pengaruh musik klasik (Mozart) terhadap memori

b. Menambah pengetahuan dibidang Psikologi Pendidikan akan pentingnya panggunaan musik klasik terhadap proses menghafal

2. Secara praktis

a. Memberi metode baru dalam dunia pendidikan khususnya dalam aspek kognitif yang selalu digunakan dalam setiap melakukan aktifitas.

b. Memberi masukan pada dunia pendidikan, orang tua, lembaga pendidikan, pesantren dan instansi yang terkait akan pentingnya penggunaan musik klasik terhadap proses menghafal.

G. TINJAUAN PUSTAKA

  1. Memori

Memori dalam The New Encyclopedia Britanica (1994) diartikan sebagai kemampuan menyimpan dan mendapatkan informasi setelah fikiran manusia mendapat pengalaman[8]. Sedangkan De Porter dan Hernarcki menjelaskan bahwa memori adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui[9].

Ingatan bukanlah objek yang bisa dilihat dengan mata, diraba dengan tangan atau dirasakan dengan anggota tubuh yang lain, ingatan merupakan suatu abstraksi yang menunjukkan suatu himpunan ciri-ciri, kegiatan dan ketrampilan[10]. Ingatan merupakan suatu kemamuan mengingat apa yang telah dia lakukan[11]. Informasi yang tersiman dalam ingatan akan tersera menjadi ingatan jangka panjang atau ingatan jangka pendek tergantung pada seberapa besarnya anak menaruh perhatian[12].

Dalam proses mengingat informasi memori memakai tiga tahp, yaitu: penyandian (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan (retrival)[13].

Terdapat masalah dan beberapa kesulitan dalam mengingat informasi yang akan disimpan dalam memori dan terdapat beberaa perbedaan antara peserta didik yang satu dengan yang lain. Menurut para ahli kesulitan dalam mengingat dikarenakan informasi yang diterima tidak diolah dan disimpan dalam otak dan bisa juga terjadi kesulitan dalam pemanggilan informasi yang sudah tersimpan[14]. Memang tidak semua informasi dapat disimpan, hanya hal penting dan yang menarik perhatianlah yang tersimpan dengan baik dalam otak.

  1. Musik

musik klasik memiliki perangkat musik yang beragam, sehingga didalamnya terangkum warna warni suara yang rentang variasinya sangat luas. Dalam kata lain variasi dalam musik klasik jauh lebih kaya dibandingkan dengan variasi bunyi musik yang lainnya. Karenanya, musik klasik menyediakan stimulasi yang demikan luasnya bagi pendengar[15].

Musik klasik Mozart sesuai dengan pola otak manusia. Karena musik Mozart begitu bervariasi dan kaya akan nada-nada dari lembut sampai keras, dari lambat sampai cepat[16].

  1. Hubungan Musik Klasik Dengan Memori

Campbell dalam bukunya Effect Mozart menjelaskan musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi baik oleh suara musik maupun suara yang dtimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri dari gelombang beta yang bergetar 14 hingga 20 heart. Gelombang beta terjadi bila kita memusatkan perhatian dan kegiatan sehari-harididunia luar, maupun saat kita mengalami perasaan negative yang kuat. Kesenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh gelombang alfa yang daurnya mulai 8 hingga 13 heart. Jadi semakin lambat semakin santai[17].

Webb dalam Dryden & Vos mengatakan dalam kondisi alfa dan betalah keadaan super memori, bersamaan dengan menguatnya konsentrasi dan kreatifitas, dan itu data diraih dengan jenis musik tertentu agar dapat mencapai hasil yang lebih cepat dan mudah[18]. Kebanyakan para peneliti ercaya pada kondisi inilah otak bagus saat menata dan menerima informasi baru.

H. HIOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diambil hipotesis sebagai berikut: ada pengaruh musik klasik (Mozart) terhadap memori (hafalan) santri tachfidz al-Quran.

I. METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan penelitian Trua Eksperimental Design, dengan desain penelitian posttes only control group design, yaitu subyek dibagi dua kelompok atau lebih secara random, perlakuan diberikan kepada satu kelompok sebagai kelompok control. Setelah waktu yang ditentukan dilakukan pengukuran. Keunggulan desain ini adalah karena secara teoritis variable-variabel dari luar dan berbagai sumber individualitas dapat terkendali, sehingga jenis eksperimen ini sering digunakan dalam penelitian[19].



[1] Tina Afian, Belajar Pengalaman Umtuk Memoti, Jurnal ANIMA, (vol. 17, 2005).

[2] Deorter B & Hernarcki, Quantum Learning, terjemah: Abdurrahim, (Bandung:Kaifa, 1996),

[3] Douglas J. Herman, Daya Ingat Super, terjemahan: T. Zaini Dahlan, (Jakarta: Pustaka Delaprasata, 1996).

[4] Martina W Nasrun, Gampang Ingat Diusia Senja, (http//novartis.com, diakses 27 maret 2006).

[5] Deorter B & Hernarcki, Quantum Learning, terjemah: Abdurrahim, (Bandung:Kaifa, 1996),

[6] John W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup, jili I. Terjemahan: Juda Damanika & Ach. Chusairi, (Jakarta: Erlangga, 1995).

[7] Jeannete Vos, The Revolusi Learning, (Bandung: Kaifa, 1998)

[8] The New Encyclipedia Britanica, 1994, hal 1041

[9] Deorter B & Hernarcki, Quantum Learning, terjemah: Abdurrahim, (Bandung:Kaifa, 1996),

[10] Tina Afian, Belajar Pengalaman Umtuk Memoti, Jurnal ANIMA, (vol. 17, 2005).

[11] Deorter B & Hernarcki, Quantum Learning, terjemah: Abdurrahim, (Bandung:Kaifa, 1996),

[12] Douglas J. Herman, Daya Ingat Super, terjemahan: T. Zaini Dahlan, (Jakarta: Pustaka Delaprasata, 1996).

[13] Eric Jensen & Karen Markowitz, Otak Sejuta Gygabite “The Great Memori Book, (Kaifa: Bandung, 2002) ha. 32

[14] Martina W Nasrun, Gampang Ingat Diusia Senja, (http//novartis.com, diakses 27 maret 2006).

[15] Siti Maliha, Studi Tentang Pengaruh Terapi Musik Terhadap Insomnia, ( Skripsi Fakulatas Psikologi Universitas 17 Agustus, 2003), hal. 34

[16] Imusik Klasik, Benarkah Bikin Cerdas? (http//Republika.com,09 Mei 2004)

[17] Don Campbell, Efek Mozart, terjmahan oleh Y. Hermaya, (Gramedia: Jakarta, 1997), hal.80

[18] Gorden Drydn & Jeannete Vos, Revolusi Learning, (Kaifa: Bandung, 1999), hal. 125

[19] Latiun, Psikologi Eksperimen, (UMM Press: Malang, 2002), hal. 122