SEBUAH DO'A




SEBUAH DO'A By: ANANG


Keindahan yang kurasakan


Kenikmatan yang kurasakan


Rasa sayang dari yang kusayang


Adalah satu nikmat yang kurasakan


Atas segala nikmat yang telah ada


Bertemu denganmu adalah asa


Menatap wajahmu adalah puncak kenikmatan


Tapi kuhamba tak berdaya


Penuh dosa dan nista


Tak pantas kiranya berada disurga


Tak kuat rasanya kusentuh neraka


Hembusan nafas terbuang sia-sia


Setiap detik kuselalu menambah dosa


Hingga tak sadari habisnya usia


Kini……


Hanya ridhomu yang kudamba


SAHABAT


SAHABAT BY: MUSTHOFA

telah kurasakan kedatangan dirimu

dalam satu mimpiku

dan…… kau tersenyum padaku



kau…… sahabat sejatiku

yang selalu bercanda denganku

dalam kesedihan dan kesenangan

dan…… kutak bisa lupakanmu



maafkan ku yang tak mampu tersenyum

saat detik-detik keergianmu

meninggalkan dunia



aku akan selalu mengingatmu, semua tingkahmu

yang selalu memberi keindahan

dalam sebuah persahabatan

KORUPTOR




KORUPTOR BY: ANANG

Langit yang kokohpun kan runtuh

Mentari juga kan merintih

Kedua ujung dunia kan meleleh

Jika rasakan apa yang kurasa

Wahai engkau tikus Negara

Coba dengarkan jeritan mereka

Tulikah telingamu tuk dengarkan itu

Buta sudahkah matamu hingga tak melihatku

Kutak butuhkan ocehan janji-janji

Yang kumau hanyalah bukti


KAU



Kau

(Anang X)



Yang selalu dikejar

Yang selalu menjauh

Dan selalu mengejar

Meski selalu menjauh

Engkaulah harta

Engkaulah tahta

Engkaulah wanita



Wahai gadis mungil menawan hati

Yang memberi resah gundah didada

Mengukir indahnya bahagia

Lagi menggoreskan luka

Kuingin kau merasa yang kurasa

Luka hati ini yang tiada kering jua

RINDU


Rindu

(Anang X)

Hari-hariku musnah tiada sisa guna

Lamunan melayang arungi cakrawala

Lukisan pahitnya kenangan tiada tara

Namun bayangmu terukir indah tiada sirna

Harapkanmu singgah dalam hati meski sementara

Ratapi dirimu yang telah tiada

Tinggalkanku merana tersiksa




GALAU


Galau

(Anang X)



Apalah arti diri ini

Apakah arti cinta

Apa arti sayang

Apa arti benci

Menjadi yang terindah

Yang harus tersakiti

Yang akan dihianati

Menjadi yang tersayang


BAYANGMU


Bayangmu

(Anang: X)



Jauhnya perjalanan cinta sebuah hati

Yang terhempas dahsyatnya badai

Ukirkan kenangan yang lama tiada sirna

Perciknya yang taburkan serpihan sunyi

Bertebaran ditepian sudut hati

Membius kabut-kabut perasaan nan pekat

Ciptakan hayalan yang kadang dahsyat



Diam dan hanya merenung



Seolah hidup hanya tuk hadirkan senyum

Bercumbu dengan kenangan seakan hiburan yang menyenangkan

Seakan tiada hari tanpa lamunan


Kisah Wanita (vol I)


1 April 2008, pagi


Hari ini adalah hari pertama kerjaku di play group Roudloh al-Hikmah, salah satu lembaga islam yang ada dipinggir kota Jombang. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku kerja, sebelumnya aku kerja disalah satu lembaga keuangan, lebih tepatnya perusahan berjangka yang bergerak pada poin Hanseng. Dua bulan aku tekuni pekerjaan itu, tanpa ada dukungan dari orang tua dan saudara-saudaraku, mereka beralasan poin tersebut tidak nyata, dalam transaksi tidak ada barangnya, jadi tentang hasil kerja kita masih perlu difikirkan (halal apa tidak?), MUI sebagai lembaga islam tertinggi diIndonesia juga belum menghalalkan pasar modal ini.

Mungkin karena itu akhirnya aku putuskan untuk kembali kekampungku, kembali keorang tuaku, saudara-saudaraku, dan beberapa santri TPQ yang kata orang tuaku menjadi tanggung jawabku sekarang. Sungguh, ini bertolak belakang dengan cita-citaku.

Kupersiapkan semuanya dengan rapi, blazer warna brown tua dengan kerudung warna senada tapi lebih muda. Kulihat tubuhku dicermin kamar, kugoyang tubuh kekanan dan kiri, kuputar tubuhku, kupakai sepatu putih bersih berhak 3cm, kata kakakku yang jadi guru TK diBhayangkari Jombang bahaya untuk guru TK pakai hak tinggi-tinggi takut jatuh kalau lari-lari bersama murid.

Aku sudah siap menyongsong masa depanku sekarang, kuterima diriku dengan berat hati jadi guru play group, karena bagiku dulu alergi untuk jadi guru, paling tidak aku harus jadi wanita karir dikota yang berangkat pagi pulang sore atau malam, penuh dengan jadwal meeting dengan klien atau paling tidak aku punya usaha rumahan. Tapi….. inilah aku sekarang, aku harus terima, untuk orang tuaku, dan seseorang yang lama ada dilubuk hatiku.

Setelah semua dirasa siap, tas, berkas lamaran (tanpa melamar aku sudah dapat kerja), aku panggil kakaku. Oh ya, aku belum cerita tentang keluargaku, dirumah aku tinggal bersama ibu, bapak dan satu kakak perempuanku. Sebenarnya kakakku banyak, 7 jumlahnya dan semua sudah berkeluarga tinggal aku dan kakaku. Aku anak terakhir dari delapan bersaudara.

“ mbak cepet, aku bareng…ke Mojosongo?” teriakku dari kamar

“ ya..! bentar………!”

Kakakku keluar dari kamar dengan baju kekinya lengkap dengan kerudung senada dan sepatu hitam, tak lupa tas hitam berselendang dipundaknya. Langkah tegap menandakan siap untuk melakukan aktifitas yang padat. Beda denganku, jika diminta aku jujur bila ditanya tentang kerjaku yang sekarang aku malas, tidak bergairah, semangat, semuanya lenyap.

“ bu, aku berangkat dulu” pamitku sambil kucium tangan ibu dan bapak yang asik lihat TV.

“ bareng Nurul (nama kakakku) ta?”

“ iya, sampek mojosongo nanti naik len aja, doakan ya bu”

“ iya, hati-hati, langsung kerja ta?”

“ nggak tahu, belum jelas kok, kalau aku nggak pulang pagi berarti langsung kerja”

“ yo wis, nggak apa-apa kan di playgroup” ibuku tahu kalau aku kurang suka kerjaan yang ini.

“ insya allah aku akan berusaha sebisaku”

“ gampang kok, pasti kamu suka nantinya” jelasnya kayak dah pernah jadi guru play group, padahal jadi guru TK aja belum pernah, dia hanya jadi guru bagi anak-anaknya yang berjumlah delapan tadi.

Tak lama setelah berpamitan kakakku mengeluarkan sepeda motor butut hitam merek Honda, dan kita melaju cepat kearah utara, sampai diperempatan dusun Gedangan sepeda belok kekiri. Pagi itu jalalnan ramai sekali, atau memang tiap hari seperti ini tapi aku saja yang tidak pernah menikmatinya. Semua pengguna jalan melaju dengan kencang seperti ada yang mengejar mereka, betul! Semua dikejar waktu, telat, tidak bisa masuk kantor, sekolah atau pasar yang sudah semakain ramai.

Cukup 10 menit perjalanan aku sudah sampai di mojosongo, perempatan tempat orang-orang nunggu angkutan atau bus untuk pergi keluar daerah. Tempat ini juga digunakan pangkalan becak, karena tidak ada angkutan atau kendaraan umum lain yang bisa antar kita ke desa-desa bagian timur Mojosongo.

Aku turun dari sepeda, dan meninggalkan kakaku. Tapi sebelumnya kita berjanji ketemu ditempat ini lagi pukul 12.30 wib, kalau tidak begitu aku tidak bisa masuk kampung bareng dia. Mau naik becak? Mahal!.

Tak lama aku berdiri dipinggir jalan satu angkutan sudah mendatangiku,

“ mau kemana?” sopir menawarkan

“ keCukir, bisa?”

“ tepat, masuk neng”

Aku masuk ke angkutan yang berwarna kuning itu, tujuan angkutan ini ke Gudo, nah, kalau mau kesana harus melewati Cukir dulu. Aku ambil duduk didepan kebetulan depan kosong, tapi dibelakang, jangan ditanya, mana ada angkutan jam segini kosong. Untuk jam-jam 06.00 – 07.30 gini, adalah waktu emas bagi sopir-sopir angkot, karna jam ini waktunya orang berangkat kerja dan sekolah. Selain jam segini angkot nggak begitu rame, bisa dibilang nggak laku.

Angkutan menuju keselatan melewati beberapa pesantren besar, sebut saja Tebuireng dan Muallimat, sampai dipasar aku turun. Kusodorkan uang Rp. 2000,- kePak sopir “ makasih ya pak”

“ iya”

Angkutan itu pun melanjutkan perjalannya kepangkalan akhir, kulangkahkan kakiku menyeberangi jalan raya yang belum sepi juga. Dari kejauhan terlihat anak-anak bermain-main di ayunan, berlari-lari kesana sini sambil teriak-teriak. Jantungku mulai berdegup, pikiranku mulai berputar-putar, rasa gugup pun datang.

Gedung itu bagai surga bagi penghuninya begitu indah semua tertata sesuai tema anak-anak, tanaman berwarna hijau mengelilinginnya, ada satu pohon besar disebelah kiri diikuti kolam renang yang penuh dengan lukisan ikan duyung, lumba-lumba, hiu dan paus yang cantik, aku suka. Tapi meski suka bukan berarti aku ketempat itu, kakiku menuju ruangan yang palng selatan, ruang guru, tepatnya kantor TK.

Ada beberapa sepatu didepan, menunjukkan jika hendak masuk alas kaki harus dilepas, aku mengikutinya meski aku nggak setuju.

“ assalamualaikum……” salamku dari luar ruangan

“ waalaikum salam,……masuk aja” jawab salah satu dari mereka yang ada didalam.

Ku buka pintu yng juga enuh hiasan dan berwarna warni, semua orang yang ada didalam ruangan itu kelihatannya adalah para guru TK itu, semua berseragam biru yang diberi border dibagian saku mereka, jadi geli aku melihatnya, “apa aku nanti harus pakai pakaian kayak gitu?” pikirku dalam hati. Tapi obrolan kecil dengan pikiranku tadi hilang saat ada yang mempersilahkan aku duduk.

“silahkan duduk bu……”

“Syifa……”

“ya, bu Syifa, silahkan” wanita ini tampak ramah, (gimana nggak ramah orang guru TK), kami duduk berhadapan tapi sebelumnya kami berjabat tangan terlebih dahulu. Aku duduk dikursi panjang.

“saya bu Liha, kepala TK disini” mulai memperkenalkan diri, “anda pasti bu Syifa yang telfon tadi malam kan?” memang malamnya aku telp kepala TK ini, aku belum cerita, aku dapat kerjaan ini dari temanku tapi dia tidak kerja disini, rumitkan? Aku juga sulit ceritanya. Temanku, sebut aja Faiq tahu kalau aku dah pulang dari Surabaya dan nggak balik kesana, kemudian Faiq cerita ketemannya lagi yang bekerja di TK ini kalau aku lulusan Psikologi, maka langsunglah aku ditawari tapi harus telp ke kepalanya dulu, soalnya tawaran itu sudah lama dan al-hamdulillah masih berlaku buatku.

“iya bu, saya Syifa as-Sa’adah dan ini surat lamaran saya”

Diambilnya berkas-berkas itu dari tanganku dan dibuka dibaca dicermati, kemudian……”sebelumnya kerja dimana?”

”di perusahaan berjangka, diSurabaya”

“kok ditinggal? Bangkrut?”

“tidak, hanya saja saya merasa bukan jiwa saya berada di perusahan”(tapi itulah mimpiku)

“lho, nanti kalau disini marasa bukan jiwanya ditinggal juga dong, kasihan muridnya kan” aku termakan dengan ucapanku.

“saya akan berusaha sebisa saya”

“punya pengalaman dengan anak-anak? Khususnya yang masih kecil?”

“kebetulan dirumah ada TPQ, jadi saya belajar dari mereka”

“wah, tepat sekali, disini juga ada materi TPQnya”

“oh……pakai apa?”

“iqro’ saja, mudah dicari” bu Liha tutup berkasku tadi “begini, karena kami masih membutuhkan guru, bu Syifa hari ini langsung saya minta mengajar, bisa?”

“wah, gimana ya bu, saya belum bilang ke ibu dirumah, takut mereka khawatir kok belum pulang-pulang, saya tadi izinnya Cuma antar lamaran itu saja” (aku jual mahal) setidaknya itu yang kupelajari saat aku mengikuti beberapa pelatihan diSurabaya, kalau diterima kerja harus jual mahal, tapi jangan mahal-mahal amat, malah nggak laku.

“dirumah ada telp kan, silahkan khabari orang tua”

“oh……baik”

Betapa senangnya orang tuaku saat ku khabari aku langsung kerja dan pulang siang, oh Allah aku harus mulai hari-hariku bersama anak-anak kecil yang merepotkan, bukan anakku lagi!. Mudah-mudahhan nggak ada yang minta pipis, ingusan atau BAB, bisa- bisa aku pingsan nanti. Yang paling buat aku stres dengan anak kecil adalah saat mereka crewet dan minta yang macam-macam. Dibentak nggak boleh, dicubit juga nggak boleh apalagi dipukul, bisa urusan polisi aku nanti. Oh……Allah kuatkan imanku.